Oleh : Ani Nursalikah, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Jumat lalu, wakil pemimpin redaksi Republika dan asisten redaktur desk Khazanah mengundang saya dan teman-teman redaktur lain untuk berkumpul mengoordinasikan peliputan haji 2023. Rapat koordinasi semacam ini kami lakukan setiap tahun.
Selain membahas soal teknis peliputan, kami juga berbagi seputar pengalaman masing-masing saat meliput haji di Tanah Suci. Tahun ini, Republika mengirimkan dua jurnalis sebagai petugas haji. Mereka akan bertugas di Madinah dan Makkah.
Ingatan saya melayang ke enam tahun lalu ketika diberi kesempatan menjadi petugas haji. Waktu itu, saya ditempatkan di kota tempat tinggal Nabi Muhammad, Madinah.
Berada di Madinah berarti bertugas lebih lama daripada rekan di Makkah. Saya dan petugas haji lain berangkat lebih dulu, sekitar empat hari sebelum jamaah haji Indonesia kloter pertama tiba.
Begitu juga ketika kepulangan, kami pulang beberapa hari setelah seluruh jamaah haji Indonesia meninggalkan Madinah. Tahun ini, petugas haji Daerah Kerja (Daker) Madinah akan berangkat pada 20 Mei 2023, sedangkan kloter pertama jamaah haji bertolak pada 24 Mei 2023.
Begitu banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa saya petik saat menjadi petugas haji. Salah satu yang terkesan adalah ketika membantu jamaah yang hilang arah atau bingung untuk kembali ke penginapannya atau terpisah dari rombongan.
Ini terutama terjadi pada jamaah haji lanjut usia (lansia). Duh, rasanya ingat orang tua sendiri. Kasus jamaah haji tersesat banyak terjadi pada jamaah haji kita.
Dan itu sebenarnya cukup wajar jika mengingat pintu-pintu di Masjid Nabawi memang serupa. Hal yang membedakan hanya nomor dan nama pintu. Ditambah lagi, jamaah belum familiar dengan lingkungan baru.
Nama dan nomor pintu itu kerap luput dari pengamatan jamaah haji. Apalagi, jika jamaah haji tergolong buta huruf atau tidak bisa membaca.
Contoh lain, misalnya, ketika jamaah haji meletakkan sandal di rak sepatu di depan pintu masuk Masjid Nabawi. Ketika keluar, ia kemudian lewat pintu yang berbeda dengan pintu tempat ia masuk.
Jamaah pun kehilangan sandal dan mengambil keputusan untuk nyeker alias bertelanjang kaki. Di titik itulah hal fatal bisa terjadi. Telapak kaki jamaah haji bisa melepuh akibat panasnya ubin halaman Masjid Nabawi. Ujungnya, jamaah akan kesulitan beribadah.
Suhu udara di Madinah sebelum tengah hari hingga puncaknya pada sore hari berkisar 33 hingga 44 derajat Celsius, bahkan lebih tinggi. Ini berbeda dengan lantai di Masjidil Haram yang dilengkapi pendingin.
Soal betapa seriusnya insiden kaki melepuh ini saya saksikan sendiri. Ada jamaah haji yang mengalaminya hingga berteriak-teriak kesakitan.
Untuk mengobatinya, dokter akan mengambil tindakan menggunting seluruh kulit yang melepuh, kemudian diobati. Selama pengobatan, jamaah akan kesulitan berjalan.
Karena itulah, jamaah haji dianjurkan membawa kantong atau tas tersendiri untuk tempat sandal. Sandal dibawa masuk ke dalam masjid sehingga risiko kehilangan sandal yang bisa menyebabkan kaki melepuh bisa dihindari.
Tantangan semacam ini hanya sebagian kecil yang akan dihadapi petugas haji. Tahun ini, Indonesia akan memberangkatkan 66.943 calon jamaah haji lansia (65 tahun ke atas). Jika digabung dengan mereka yang berusia 60 tahun ke atas maka jumlahnya meningkat hingga mencapai 93 ribu orang.
Karena itu, pada penyelenggaraan haji tahun ini, Kementerian Agama mengusung slogan "Haji Ramah Lansia". Ada kemudahan (rukhsah) dan keringanan dalam ibadah bagi jamaah haji lansia.
Kemenag bersama kelompok bimbingan ibadah haji dan umrah (KBIHU) juga sudah menyepakati tujuh poin untuk menyukseskan "Haji Ramah Lansia". Salah satunya meniadakan segala aktivitas yang menyebabkan kelelahan dan memperburuk kondisi kesehatan jamaah haji lansia.
Lansia diprioritaskan berangkat tahun ini karena imbas pandemi Covid-19 tiga tahun lalu yang melarang jamaah berusia lanjut berangkat. Tahun ini juga kuota haji Indonesia sudah normal. Sebanyak 221 ribu jamaah haji kita akan berada di Tanah Suci.
Butuh kepedulian dan kesabaran besar dari semua pihak dalam melayani dhuyufurrahman. Mulai dari petugas haji, petugas kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) hingga rekan sesama jamaah, terutama yang masih muda.
Semua punya peran yang sama pentingnya dalam menyukseskan penyelenggaraan haji 2023. Kita doakan semua petugas haji sehat dan diberi kemudahan serta kelancaran dalam melaksanakan tugas mulia ini.
Demikian juga dengan seluruh jamaah haji Indonesia. Semoga Allah meridhai langkah jamaah kita, senantiasa diberi kesehatan dalam menyelesaikan seluruh rangkaian ritual haji dan kembali ke rumah sebagai haji mabrur.