
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof DR Agus Suradika, Wakil Ketua PWM DKI Jakarta.
Perhelatan akbar Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, Jawa Tengah segera dibuka. Salah satu agenda dari muktamar tersebut adalah memilih ketua umum baru Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027.
“Kita menginginkan ke depan Muhammadiyah dipimpin kembali oleh seorang yang bermental seperti pak AR Fachruddin. Tipikal pimpinan yang ke atas punya ketegasan, ke bawah atau ke warga persyarikatan punya marhamah”. Demikian harapan seorang teman aktifis Muhammadiyah dalam tulisannya yang dikirim via Whatsapp.
Harapan seorang teman itu tentu menjadi harapan kita semua. Sosok pak AR, demikian Ketua Umum PP Muhammadiyah 1968-1990 bernama lengkap KH Abdul Rozak Fachruddin biasa disapa, adalah sosok sederhana yang meninggalkan legacy keteladanan bagi pimpinan dan anggota Muhammadiyah. Muhammadiyah beruntung pernah memiliki Ketua Umum dengan integritas moral luar biasa. Sangat jujur dan berkepribadian zuhud. Pak AR memberi teladan sederhana, menjauhkan sikap tinggi hati, dan tidak gengsi untuk melakukan bisnis kecil yang halal. Beliau berdakwah untuk semua lapisan, kalangan elit maupun akar rumput. Bahkan, lokasi prostitusi Pasar Kembang Yogyakarta pun tidak luput dari geliat dakwah beliau.
Sangat banyak warisan keteladanan pak AR yang menjadi ingatan kolektif warga Muhammadiyah. Salah satunya adalah keteguhan beliau tetap menjual bensin eceran di depan rumahnya, kendati sesungguhnya beliau bisa saja mengubah kehidupannya dengan memanfaatkan posisi tawarnya sebagai Ketua PP Muhammadiyah. Konon banyak fihak, termasuk Presiden Soeharto, pernah memberikan sejumlah uang yang dimaksudkan untuk pribadi beliau agar dapat mengubah usaha bensin ecerannya menjadi bisnis pompa bensin yang lebih layak, namun oleh pak AR uang yang diberikan pak Harto itu diserahkan kepada persyarikatan Muhammadiyah untuk keperluan pengembangan dakwah Muhammadiyah. Demikian juga ketika Allahu yarham Prof. Malik Fajar semasa menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Malang memberi beliau uang jutaan rupiah yang dimaksudkan untuk pribadi pak Ar, namun oleh beliau diserahkan ke salah satu Panti Asuhan Muhammadiyah sebagai sumbangan dari Prof. Malik Fajar. Demikianlah pak AR, sebuah pribadi yang otentik. Meneladani bukan lewat kata tetapi perbuatan nyata.
Harapan teman aktifis Muhammadiyah yang merindukan sosok pemimpin setipikal KH AR Fachruddin dalam perhelatan Muktamar ke 48 ini tentu tidak harus dipahami dalam konteks harfiah seperti sosok pak AR sebagai pemimpin fenomenal yang tidak malu tetap melayani sendiri pembeli bensin ecerannya. Harapan itu dapat diterjemahkan sebagai harapan mendapat pimpinan yang jujur, berintegritas, tegas, tawadhu, dan dapat terus membawa Muhammadiyah sebagai organisasi bermarwah yang disegani oleh semua fihak, dicintai warganya, dan dipercaya masyarakat. Insya Allah harapan itu dapat tercapai. Muhammadiyah memiliki banyak kader yang memenuhi kriteria tersebut.
Wallahu ‘alam bi al shawab
Solo, 17 November 2022