IHRAM.CO.ID, Oleh: Verdy Firmantoro, Peneliti Indopol Survey; Dosen FISIP UHAMKA dan Kandidat Doktor FISIP UI
Bursa elektoral capres jelang Pemilu 2024 kian menarik. Hasil rilis Indopol Survey periode 19-27 November 2021 menempatkan capres dari militer di urutan teratas, yakni 20,49 persen. Angka tersebut dari perspektif komunikasi politik tentu dapat dibaca dengan beragam makna. Dua penafsiran yang menguat di antaranya terkait ketidakpuasan publik terhadap kepemimpinan dari kalangan sipil atau penetrasi figur berlatar militer cukup mendapat respon positif masyarakat.
Pertanyaannya, siapa dari kalangan militer yang namanya mengemuka di ruang publik? Kemudian, apa faktor-faktor yang membuat nama mereka masuk di pusaran politik elektoral? Dua pertanyaan itu menjadi representasi mengapa capres dari militer cukup penting diperhitungkan. Meski dalam kalkulasi politik praktis, variabel latar belakang militer atau non-militer bukan yang utama, tapi lebih sebagai politik figuratif.
Empat Nama Terkuat dari Militer di Bursa Capres 2024
Ada empat nama yang mengemuka dari kalangan militer dalam bursa capres 2024. Nama-nama itu, antara lain: Prabowo Subianto, Agus Harimurti Yudhoyono, Gatot Nurmantyo dan Andika Perkasa. Penempatan masing-masing dari mereka sebagai representasi militer tak lepas dari kiprahnya. Prabowo Subianto pernah menjadi Panglima Kostrad, Agus Yudhoyono pernah menjabat Komandan Batalyon, sementara Gatot Nurmantyo dan Andika Perkasa menduduki kursi kemiliteran tertinggi sebagai Panglima TNI.
Dari empat nama yang berpotensi, figur Prabowo paling dikenal publik. Tiga kali maju di Pilpres memberikan keuntungan elektoral tersendiri bagi Prabowo baik secara popularitas maupun elektabilitas. Sementara Agus Harimurti mulai banyak diperbincangkan publik sejak maju di Pilkada DKI Jakarta, selain memang tak dapat dilepaskan dari pengaruh figur mantan Presiden SBY.
Jika Prabowo dan Agus diposisikan capres berlatar militer yang sudah menjadi orang partai (politisi), sementara Gatot dan Andika lebih dinilai sebagai variabel bebas yang masih dipersepsi tak berafiliasi politik tertentu. Gatot direpresentasikan sebagai bagian dari kelompok oposisi, Andika dinilai dekat dengan pusaran kekuasaan saat ini.
Meski demikian, hitung-hitungan politik di atas kertas tak mesti sama dengan realitas di lapangan. Menguatnya nama harus dibarengi dengan menguatnya magnet politik dalam membentuk poros koalisi.