Oleh : Erik Purnama Putra, Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sama-sama memiliki perhelatan balapan level internasional. Jika pemerintah pusat menjadwalkan perhelatan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), ajang Formula E direncanakan di Monas, Jakarta Utara.
Jika pelaksanaan MotoGP rencananya diadakan pada 2021 maka Formula E dijadwalkan dihelat pada 2020. Namun, karena pandemi, dua ajang balapan bergengsi tersebut harus ditunda dengan alasan pandemi Covid-19. Khusus untuk MotoGP, hal itu juga lantaran Sirkuit Mandalika belum selesai.
Sayangnya, jika ajang MotoGP sepi dari pembahasan masyarakat, maka Formula E terus menyedot perhatian publik. Padahal, selama ini, perhelatan MotoGP lebih banyak dikenal masyarakat dunia dibandingkan Formula E. MotoGP bersanding dengan balapan Formula 1 (F1) sebagai ajang balapan elite dunia.
Hanya saja, pamor balapan MotoGP di Indonesia kalah jauh dibandingkan Formula E. Hal itu lantaran Formula E terus menyedot perbincangan publik. Bisa jadi, karena lokasi perhelatan balap mobil listrik tersebut diadakan di Ibu Kota. Selain itu, tentu saja karena penyelenggaranya adalah Pemprov DKI.
Di sini, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari peran Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan. Gara-gara Anies, beberapa pihak yang selama ini, menyoroti kinerjanya terus mempermasalahkan perhelatan Formula E. Anies dituding tidak peka, lantaran mau mengadakan balapan di tengah pandemi Covid-19.
Atas dasar itu, Fraksi PDIP dan PSI DPRD DKI akhirnya mengajukan hak interpelasi. Sebanyak 25 anggota Fraksi PDIP dan delapan anggota Fraksi PSI meneken surat persetujuan untuk mengajukan hak interpelasi. Selama ini, dua fraksi itu memang getol menyerang berbagai kebijakan Anies.
Baik PDIP dan PSI adalah dua partai politik yang mengusung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017. Dan, sama-sama diketahui, Ahok dikalahkan Anies dalam pesta demokrasi yang menyedot perhatian masyarakat seantero negeri ini.
Kembali ke pokok permasalahan. Dalam konteks MotoGP, selama ini memang sepi pemberitaan. Sepi di sini maksudnya adalah pemberitaannya kalah jauh dibandingkan Formula E. Padahal, penggemar MotoGP di Indonesia sangat luar biasa banyak.
Kerap kali jika ada balapan di Sirkuit Sepang, Malaysia, warga Indonesia berbondong-bondong datang menyaksikan Valentino Rossi dan kawan-kawan yang bertanding. Hal itu membuktikan penggemar MotoGP di Indonesia luar biasa banyak. Berbeda dengan Formula E yang belum ada gaungnya di Indonesia.
Baru kali ini saja, Formula E menjadi buah bibir di beberapa kalangan. Hal itu akibat Gubernur Anies mengajukan Jakarta sebagai tuan rumah. Mau tidak mau, akhirnya segenap kalangan mulai mengenal dan merasa tidak lagi asing dengan balapan yang diklaim ramah lingkungan tersebut.
Dalam posisi di luar pengajuan hak interpelasi di dewan, tentu saja Anies sudah sukes memperkenalkan Formula E. Sebuah balapan dengan teknologi modern yang konsumsi bahan bakarnya dari listrik, bisa hadir di tengah masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Tentu hal itu harus diambil sisi positifnya. Selain juga mendukung program pemerintah pusat yang ingin menggencarkan penggunaan mobil listrik ke depannya, juga sekaligus mengkampanyekan penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
Dalam konteks ini, jika balapan Formula E benar terlaksana pada 2020 maka bisa menjadi ajang kampanye memperluas penggunaan kendaraan listrik. Sudah saatnya Indonesia yang impor bahan bakar minyak (BBM) bisa mengurangi ketergantungan dengan menggalakkan pemakaian mobil listrik
Menjadi sebuah keniscayaan bagi bangsa ini, untuk tidak lagi tergantung kepada negara lain terkait BBM. Formula E harus dijadikan momentum agar kendaraan listrik menjadi pilihan utama ketika seseorang membeli mobil. Karena itu, balapan Formula E mesti terealisasi di sirkuit jalanan Jakarta.