REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Bermula dari kiriman gambar RS Muhammadiyah Cabang Babat oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, awal Februari 2021, saya melacak lebih jauh berdasarkan informasi Ketua Cabang H Abdul Ghoffar MM, tentang gambaran lebih utuh cabang ini. RS bertingkat lima itu, untuk ukuran cabang jumlahnya amat sedikit, mungkin malah satu-satunya di Indonesia. Juga fenomena cabang yang punya RS itu sangat langka. Ada apa dengan cabang ini, berani-beraninya membangun RS dengan dana hampir Rp 100 miliar itu?
Artikel saya tentang cabang Muhammadiyah berprestasi di Republika ini adalah yang ketiga sesudah Gombong dan Sruweng di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Ketiganya mempunyai amal usaha kompetitif, termasuk RS.
Babat, sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sudah dikenal sejak zaman Majapahit, delapan abad silam. Luasnya 6.375.475 ha. Lokasinya sekitar 30 km dari pusat kota, di persimpangan jalur Surabaya-Bojonegoro-Cepu-Jombang-Tuban. Ada 27 cabang Muhammadiyah di kabupaten itu dengan tingkat kemajuan bervariasi.
Sudah sekitar 1924, Muhammadiyah bertapak di Babat, dipelopori Mochammad Shaleh (keturunan Madura), santri KH Mas Mansur, ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, 1937-1946. Pengurus dan anggota Muhammadiyah di Babat umumnya petani, pedagang, PNS, dan wiraswasta. Sampai 2020, tercatat anggota yang punya KTAM (kartu tanda anggota Muhammadiyah) sejumlah 2.141 orang.
Tentu mereka dalam kategori simpatisan lebih banyak lagi. Saat saya sampaikan kepada ketua cabang via WA agar anggota jangan sampai ada yang serba kekurangan, jawabannya berikut ini (kutipan sedikit diedit tanpa mengubah substansi):
"Kami setiap Jumat Wage ada pengajian pimpinan AUM (amal usaha Muhammadiyah). Dan sebelum dimulai, ada santunan berupa biaya untuk sekolah anak yang tidak mampu. Dan setiap Jumat Kliwon juga diadakan pengajian pimpinan di ranting-ranting. Dan sebelum pengajian, ada santunan berupa bahan makanan untuk dhuafa di ranting tersebut.