Oleh Ilham Bintang , Jurnalis senior.
Siang ini Mahathir Mohammad mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri Malaysia. Inilah kenangan Ilham Bintang ketika bertemu Mahathir Mohammad setahun. Dia bertemu setahun silam di kantornya di Putra Jaya, Kuala Lumpur. Kisahnya begini:
Sosok itu menakjubkan dalam penampakannya. Sekitar satu jam bicara dan menjawab belasan pertanyaan wartawan, bahasanya runut dan bicaranya lancar. Tidak sekali pun kalimatnya tersendat. Memorinya juga terjaga baik. Luar biasa bagi seseorang di usia menjelang 94 tahun. Ia lahir 20 Desember 1925. Namun, begitulah fakta Mahathir Mohamad hari ini.
Perdana menteri Malaysia itu, Selasa (19/2), menerima kunjungan 20 wartawan dan pemimpin redaksi media Indonesia di kantornya, Putrajaya, Selangor, Malaysia.
Terus terang, saya merasa berdosa karena mengira Mahathir masih istirahat tidur ketika menunda pertemuan sekitar setengah jam. Maklum ini siang hari pukul 14.30. Kebanyakan tubuh manusia butuh istirahat sejenak.
“Apakah beliau masih tidur? Tanya saya serius pada pengawal. “Huss, beliau beraktifiti menerima tamu,” sanggah pengawal mengisyaratkan keberatan. Ini makin menambah decak kagum. Mengingat, selepas pertemuan dengan pemred dari Indonesia, Tun Mahathir masih melanjutkan dengan aktifitas lain yang menunggunya. Apa resepnya?
“Jangan banyak makan. Berhenti makan justru ketika sudah merasa enak,” ucapnya ketika ditanya di ujung acara. Tun menceritakan sampai sekarang ia masih olahraga bersepeda dan menyetir sendiri mobil sejauh dua puluh kilometer. “Dulu saya suka berkuda. Tapi karena usia, sekarang tak boleh lagi,” katanya.
Ilham Bintang dan Mahatir Mohammad
“Tun masih sama seperti waktu saya wawancara 14 tahun lalu. Tetap tampak muda, dan sayalah yang kelihatan tua,” kata Rosiana Silalahi, Pemred Kompas TV. Rosi tidak asal memuji. Fakta dalam penampakannya Tun Mahathir memang begitu. Fresh.
Akan Serahkan Kekuasaan
Tun Mahathir membuka acara dengan bicara 10 menit sebagai pengantar. Ia menguak sedikit posisinya terpilih kembali memimpin Malaysia dalam Pilihan Raya Umum Malaysia April 2018. Mengalahkan Najib Razak, petahana PM Malaysia. Itu berarti 15 tahun setelah menjadi rakyat biasa ia kembali ke “singgasana”. Selepas 22 tahun memangku jabatan sebagai PM Malaysia (1981-2003). Tak pelak lagi, dialah pemimpin tertua di dunia saat ini. Dia pula yang memecahkan rekor, dua kali memimpin Malaysia setelah sempat istirahat 15 tahun.
Eeitt! Sebenarnya, Tun Mahathir tidak pernah istirahat. Tidak pernah melepaskan perhatiannya pada dinamika politik Malaysia. Dia aktif mengatur traffic, siapa yang layak jadi PM. Dia yang mengusung Abdullah Baidowi, jadi PM. Dia juga yang memimpin gerakan menurunkannya kembali. Mengganti dengan Najib Razak yang menjadi pilihannya untuk jadi PM Malaysia.
Dalam perjalanannya, kelak dia pula yang harus menjadi lokomotif, memimpin gerakan oposisi untuk menghentikan Nazib Razak yang dalam PRU 2018 maju sebagai petahana, dan berhasil.
“Malaysia tidak kunjung baik di tangan mereka. Rakyat datang ke saya. Mengeluh. Meminta pertolongan supaya Malaysia diselamatkan. Mereka menginginkan Malaysia lebih baik. Bukan Malaysia yang semakin mundur dalam berbagai aspek,” kisahnya.
Tun bahu-membahu dengan Anwar Ibrahim, tokoh politik Malaysia yang menjadi seterunya belasan tahun. Anwar masih mendekam di penjara saat dia menawarkan kerja sama kepada Anwar untuk bertanding melawan Najib Razak.
“Saya bilang kepada Anwar, kita memang punya persoalan masa lalu, tapi mari kita lupakan. Ada persoalan lebih besar yang dihadapi bangsa ke depan, yaitu menyetop Najib Razak. Baik kita bersama-sama fokus ke situ, kisahnya.
Langkah pertamanya setelah mengantongi kemenangan, mengampuni Anwar dan membebaskannya dari hukuman penjara. Tun Mahathir mengumumkan, dia tidak akan lama menjadi PM Malaysia.
“Dua tahun setelah memerintah saya akan serahkan kursi PM ini kepada Anwar Ibrahim,” katanya waktu itu.
Sebenarnya Najib Razak dan Anwar Ibrahim adalah sahabat dan sekaligus anak didiknya. Namun, salah satu keputusannya yang menggegerkan beberapa saat setelah dilantik ialah perintah mengusut kasus korupsi Najib dan istrinya. Jadilah Najib PM Malaysia pertama yang masuk penjara di tangan mentornya sendiri.
Padahal, kurang apa hubungan mereka? Najib bukan hanya teman, tapi terutama ia adalah putra Tun Abdul Razak, PM yang sangat dihormati Tun Mahathir sendiri. Monumen penghargaannya kepada Tun Razak adalah kawasan pemerintahan Putra Jaya di Selangor. Itu ikon yang menjadi kebanggan Malaysia. Putra Jaya atau Putra Mahkota mengabadikan julukannya pada Tun Razak.
“Dua tahun setengah atau tiga tahun lagi saya akan menyerahkan kekuasaan Malaysia kepada Anwar Ibrahim,” jawabnya ketika ditanya wartawan. Lebih lama dari yang dia janjikan semula. Tun mengakui penyebabnya antara lain karena pemenang PRU koalisi partai opsisi. “Tidak mudah memimpin Malaysia sekarang. Kelamaan beroposisi sehingga cukup lama waktu dibutuhkan untuk menyesuaikan diri,” ujanya memaparkan.
Pertemuan PM Malaysia dengan pemimpin redaksi media di Indonesia kemarin “diarange” oleh Iswami, Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia. Lembaga ini di Indonesia dipimpin wartawan senior Asro Kamal Rokan.
Iswami dibentuk 2009. Merespons kondisi hubungan Malaysia-Indonesia yang sempat memanas menghadapi sengketa Pulau Ambalat -Ligitan, tempo hari. Tujuan pembentukan Iswami ikut meredam sengketa yang ditangani Mahkamah internasional waktu itu tidak sampai meluas menjadi permusuhan dua warga negara satu rumpun.
Mercu Alaf Baru
Di Kompleks Putra Jaya, berdiri gagah sebuah monumen yang bentuknya seperti pensil. Itu adalah Mercu Alaf Baru yang diresmikan Mahathir tahun 1995. Mercu itu menyimpan tulisan Mahathir, yang dianggap semacam wasiat kepada bangsa Malaysia. Wasiat itu baru boleh dibuka 25 tahun kemudian. Itu artinya, tahun 2020 ini akan jatuh tempo, waktunya untuk dibuka. Apa isi wasiat itu tentu hanya Mahathir yang tahu. Namun, banyak yang menduga, itu adalah penjelasan arah pembangunan Malaysia menjadi negara modern yang diperhitungkan dunia, seperti yang dimaui Mahathir. Tapi siapa nyana, dilihat masa jatuh temponya, tampaknya Mahathir pulalah yang akan membuka wasiat tersebut.
Ketika ditanya kepada Mahathir kemarin, penjelasannya begini.
“Ada banyak tulisan yang saya buat di banyak tempat. Kalau ditanya apa isi tulisan di Mercu Alaf itu, saya pun lupa,” katanya.
Pemilu Indonesia
Mahathir mengaku mengikuti perkembangan Pemilu Indonesia dari pemberitaan media. Tun juga mengikuti perdebatan capres lewat media, bukan menonton langsung siaran televisi. Dia tidak bisa berkomentar banyak. Kecuali berharap siapa pun yang akan memimpin Indonesia, harus bersama-sama memperkuat hubungan antarkedua bangsa serumpun tersebut.
"Kita ingin hubungan yang semakin kuat. Kita bersaudara," katanya.
Memang hubungan kedua negara bukan tanpa masalah, tetapi hal itu persoalan kecil yang dapat diatasi dengan baik.
Mahathir mencontohkan salah satu persoalan yang pernah dialami oleh kedua negara tersebut adalah masalah konfrontasi lalu dan setelah peristiwa itu selesai, tidak ada lagi masalah yang besar.
"Selepas konfrontasi sudah tidak ada lagi masalah yang besar, tidak ada angkat senjata, bahkan hubungan Indonesia dan Malaysia semakin membaik karena kedua negara memiliki banyak persamaan," kata Mahathir.
Mahathir mengingatkan wartawan-wartawan Indonesia dan Malaysia untuk terus bertukar informasi dalam upaya turut membantu pemerintahan kedua negara menjaga hubungan yang baik di berbagai bidang.
Di akhir acara Tun Mahathir memberi kesempatan tamunya berswafoto (selfie) masing-masing. Tidak beda dengan kebiasaan pemimpin negara kita di Indonesia.
•