REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ichsan Emrald Alamsyah*)
Sejarah baru saja terjadi ketika panggung Academy Awards 2020 bergemuruh tepuk tangan. Mereka yang hadir, wajah-wajah yang selama ini menguasai layar kaca, baik yang kita saksikan secara resmi di bioskop atau televisi, atau secara ilegal lewat streaming gratis, bertepuk tangan bagi film Parasite dan sutradara Bong Joon-ho.
Film 'Parasite', senin waktu setempat meraih penghargaan untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Naskah Asli Terbaik, serta Film Internasional Terbaik. Sebelumnya 'Parasite' meraih beragam penghargaan Bafta Film Awards sebagai naskah asli terbaik dan film bukan berbahasa Inggris terbaik. Sementara di 2019, 'Parasite' dan Bong meraih Palm d'Or.
Membaca dan melihat raihan 'Parasite' seakan-akan membuat penulis menarik ludah sendiri. Penulis memang amat menyukai film ini, dan beberapa karya Bong Joon-ho namun pesimistis bakal menang besar di Oscar.
"Paling-paling cuma dapat film internasional terbaik," ucap penulis dalam hati. Bukannya penulis menyangsikan film 'Parasite', namun lebih kepada suuzon-nya penulis kepada juri-juri Oscar.
Apalagi selama ini Oscar amat identik dengan supremasi kulit putih. Tapi ternyata prasangka penulis salah, dan Parasite meraih banyak penghargaan.
Lebih dari pada itu, film 'Parasite' memang amat layak meraih film terbaik. Kata-kata ini memang terasa bias keluar dari mulut pecinta sinema asal negeri Girlband Twice seperti penulis, namun coba saja Anda tonton.
Penulis pertama kali mengenal karya Bong Joon-ho dalam film 'Memories of Murder'. Walau bukan film pertama, namun 'Memories of Murder' yang diadaptasi dari kisah nyata pembunuh berantai paling terkenal di Korsel ini benar-benar melambungkan nama Bong Joon-ho. Film ini diperankan oleh Song Kang-ho yang berperan amat apik sebagai detektif Park Doo-man, jauh sebelum ia berperan menjadi kepala keluarga Kim.
Hingga kemudian di tahun 2019, seorang teman menanyakan soal film 'Parasite'. Awalnya penulis mengira film ini diadaptasi dari manga Parasyte karya Hitoshi Iwaaki, ternyata bukan .
Namun nama Bong Joon-ho sedikit mendorong rasa ingin tahu penulis untuk segera menontonnya. Kalimat pertama yang penulis sebut usai menontonnya adalah "Film ini tentang kita,"
'Parasite' memang memperlihatkan ekstrimitas dua sisi di negaranya. Si kaya tinggal di rumah mewah karya arsitek terkenal, sementara si miskin tinggal di apartemen kumuh Banjiha. Namun lebih dari itu Bong memperlihatkan juga bahwa orang yang hidup bergelimang harta tak selalu baik maupun jahat.
Si kaya memang terlihat dingin dan tak pedulian, berbeda dengan si miskin yang tampak dekat, hangat dan bersatu, namun lebih dari itu, si miskin juga bisa menjadi licik dan menghalalkan segala cara mempertahankan posisinya. Artinya kita bicara moral masyarakat di manapun itu, dimana tidak ada hitam maupun putih atau si jahat maupun si baik.
*) penulis adalah jurnalis republika.co.id