REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Achmad Tshofawie, keluarga ICMI
Bukan suatu kebetulan, atas izin-Nya, orang tuanya memberi nama Baharuddin Jusuf Habibie. Baharuddin berasal dari kata Al-Bahr yang artinya lautan/samudra. Ad-diin artinya agama.
Pascaperistiwa 1998 Habibie dilantik menjadi Presiden RI menggantikan Jenderal Soeharto. Dalam kondisi sosial politik yang kurang kondusif, ekonomi yang tidak menentu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah (hingga mencapai Rp 16 ribu per dolar AS), sebagai pemimpin negeri, ia berhasil memulihkan situasi sospol dan terutama ekonomi dengan gaya politik ekonominya Habibienomics, sehingga dalam waktu yang relatif singkat nilai tukar rupiah kita menjadi Rp 6.500 per dolar AS.
Sungguh prestasi yang luar biasa istimewa. Bayangkan jika hal itu tidak dipulihkan, utang luar negeri akan semakin meningkat pada saat itu. Imbasnya pasti berpengaruh terhadap kehidupan sosial politik dan perekonomian.
Pak BJ Habibie telah bertindak benar sebagai nahkoda kapal yang sedang oleng di tengah lautan yang ombaknya sedang besar. Dan dengan penuh perjuangan, ia berhasil menakhodai kapal besar itu ke pelabuhan dengan aman dan selamat.
Benar apa yang dikatakan Karni Ilyas ketika diwawancarai tadi malam oleh reporter TV One. "Pak Habibie bukan baik, tapi baik sekali. Pak Habibie, bukan pintar, tapi pintar sekali."
Ia yang bervisi misi jauh ke depan: dunia akhirat. Di mana SDM Indonesia harus ber-imtaq dan ber-iptek.
Selamat jalan Pak BJ Habibie. Sebagai sesama Muslim, anak bangsa dan warga negara, saya bersyukur dan bangga pernah punya pemimpin sepertimu.
Semoga curahan Rohmat Alloh menyertaimu. Aamiin Yaa Robbul'alamiin.. Aamiin Yaa Mujiibud du'a..