Kamis 22 Aug 2019 17:20 WIB

Siapkah Indonesia Menuju Industri 5.0?

Society 5.0 menawarkan masyarakat yang berpusat pada keseimbangan.

Siti Mahfudzoh, Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta
Foto:

Revolusi Industri 4.0 sudah hampir berjalan sembilan tahun, namun perkembangannya di Indonesia sangat lambat. Dilansir dari beberapa media dan jurnal tertentu baru sedikit instansi-instansi yag melek akan perubahan sosial ini, yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk langkah kongkrit perubahan ke arah kemajuan.

Indonesia mempunyai begitu banyak potensi. Negeri gemah ripah loh jinawi, namun sayang belum optimal diberdayakan. Pengerukan tambang batubara yang ilegal, penebangan pohon secara liar, serta ekosistem laut yang dijajah oleh manusianya sendiri membuktikan sumber daya manusia di Indonesia belum berhasil meratakan sistem berpikir. Semua kalah di hadapan uang. Semua kalah di depan kapitalis.

Sebetulnya inti dari semuanya adalah penting sumber daya manusianya berikut pola pikirnya menjadi patokan majunya suatu negara. Hal ini selaras dengan perkataan Ibnu Khaldun seorang Sosiolog Muslim terkemuka pada zamannya. Beliau mengatakan majunya suatu peradaban tergantung pada keseriusan setiap individu memperbaiki taraf hidup, baik kemajuan ekonomi, kemajuan paradigma berpikir masing-masing individu. Selain itu, didukung pula dengan sistem politik yang terorganisir pada satu intruksi, maka terciptanya peradaban maju.

Di usia yang tak lagi muda ini, Indonesia memiliki PR besar dalam merespon revolusi industri 4.0 dan society 5.0, peran pemerintah sangat harus diperhatikan. Baik dalam segi pendidikan, para aparatur pemerintah dan para pengusaha harus menerapkan kedua perubahan sosial ini. Bagaimanapun semua berawal dari kesadaran masing-masing individu dan keinginan untuk sama-sama membangun. Keadaan sumber daya manusianya yang mesti dibangun, dari mulai otomatisasi misalnya. Apalagi Indonesia mempunyai visi Indonesia Emas pada tahun 2045, yang mampu bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelasaikan masalah-masalah kebangsaan seperti korupsi dan kemiskinan.

Di sinilah peran generasi penerus bangsa, para pemuda yang harus konsen mengasah kemampuan, memaksimalkan bekal untuk perannya dalam kehidupan mendatang. Ke depan, problematika yang menghambat akan kemajuan akan niscaya banyak terjadi. tetapi generasi hari ini generasi yang serba mudah, orang bisa berkreasi bebas dengan segalanya.

Karena saat ini, Internet of Thing (IoT), internet untuk segalanya. Pemerintah harus mengoptimalakan perannya dalam memangku kebijakan-kebijakan publik, ya internet of thing ini misalnya, memfasilitasi generasi muda dalam mengasah setiap kemampuannya sampai ke desa-desa terpencil. Sehingga tercipta keadilan sosial yang sesungguhnya, bukan hanya memperkaya diri dan golongan. Kemudian terciptanya visi Indonesia yang diidam-idamkan dan mampu bersaing dengan negara lain tidak lagi menjadi ke-utopis-an.

PENGIRIM: Siti Mahfudzoh, Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement