REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: drg Arief Rosyid, (PP DMI/Pokja Pelayanan Kepemudaan Kemenpora)
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al Baqarah 183)
Pesan utama ayat di atas hendak menjelaskan kepada kita semua bahwa ketakwaan adalah output dari puasa yang kita jalankan selama sebulan penuh di bulan Ramadan. Ketakwaan adalah tujuan utama dari ibadah berpuasa.
Derajat ketakwaan ini, oleh Nurcholish Madjid disebutkan akan tercapai apabila seseorang memiliki kesadaran yang tinggi atas sikap keberagamaannya. Pertama, kesadaran vertikal tentang hubungan dirinya dengan Allah SWT. Kedua, kesadaran horizontal yakni hubungan dirinya dengan sesama manusia. Kedua kesadaran tersebut yang mampu menghadirkan ketakwaan dalam diri seseorang.
Dalam konteks ini menarik untuk kita simak sikap kecenderungan beragama kelompok muda di Indonesia. Hari-hari ini kita tahu bahwa trend usia milenial dan generasi setelahnya terus meningkat.
Jika disebutkan di dalam angka, mereka berkisar pada 62 persen dari total penduduk Indonesia. Itu artinya, jumlah generasi muda lebih dari separuh total orang Indonesia.
Di malam-malam pertama hingga sepuluh malam terakhir, sekitar 40% penghuni Masjid adalah generasi ini. Belum lagi kita melihat beberapa kegiatan yang mereka inisiasi seperti Khatam Fest yang menghadirkan Ustad Taqy Malik oleh ISYEF dan Agan di 6 provinsi, Ramadhan Jazz Festival di Masjid Cut Meutia, Ngabuburide bersama Ustad Hanan Attaki, Prisma Fair Masjid Milenial oleh Masjid Al Amin Radio Dalam, hingga Hijrah Fest oleh kelompok artis hijrah. Kegiatan-kegiatan ini secara kuantitas bisa dihadiri puluhan hingga ratusan ribu orang.
Potensi besar generasi baru ini perlu terus dijaga semangatnya dan semakin ditingkatkan kepada kualitas dua kesadaran diatas. Kesadaran vertikal atau kesadaran Ilahiah akan membentuk sikap yang optimis, visioner, dan sikap positif lainnya. Juga kesadaran horizontal atau kesadaran kemanusiaan akan membentuk sikap produktif, partisipatif, dan kolaboratif.
Berkat Allah SWT juga, selama beberapa tahun terakhir bangsa kita terus mengalami peningkatan pembangunan. Apalagi kita telah mengalami berkah kependudukan: bonus demografi. Yaitu semakin dominannya jumlah angkatan kerja, dibanding dengan usia senja atau usia dini.
Bonus demografi hanya dialami sekali dalam sejarah sebuah bangsa. Bangsa Jepang, Korea, dan Cina mengalami peningkatan pembangunan selama beberapa dekade terakhir, karena memanfaatkan bonus demografi yang lebih dulu mereka alami.
Bangsa Indonesia perlu bersyukur dengan berkah bonus demografi ini, dan memanfaatkannya dengan baik, melalui penanganan yang baik oleh berbagai pihak: terutama melalui kebijakan pemerintah yang tepat. Di manapun hari ini, kita sedang menyaksikan tumbuhnya sebuah generasi baru yang berbeda: secara umum pendidikannya lebih tinggi, kesehatannya lebih baik, lapangan kerja tersedia lebih banyak dengan tingkat kesejahteraan lebih tinggi.
Namun momentum ini jangan membuat kita terlena, kemajuan perlu terus didorong oleh semua pihak. Agar cita-cita Indonesia maju, adil, dan makmur dapat segera dicapai.
Jika itu terjadi, maka kemenangan kita tidak sekedar berhenti pada kemenangan sesaat di momentum Idul Fitri ini. Kemenangan kita akan abadi, melenting jauh ke depan bersama pemuda dan segala potensi lainnya.
Akhirnya, selamat menikmati mudik, berhalal bi halal, tautan tasbih takbir tahmid, juga segala rupa tentang menu lebaran (ketupat, opor, dan kawan-kawan). Berlebihan akan mengakibatkan lebaran.
Mohon maaf lahir dan batin.