Selasa 15 Jan 2019 22:43 WIB

Fakhri Husaini, Berprestasi Tetapi Kemudian 'Ditinggalkan'

Meski berprestasi, Fakhri tak masuk daftar pelatih timnas Indonesia.

Pelatih Timnas Indonesia U-16 Fakhri Husaini (kiri) memeluk pesepak bola Indonesia Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi (kanan) dan David Maulana (tengah) usai pertandingan Final Piala AFF U-16 melawan Thailand di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (11/8).
Foto: M Risyal Hidayat/Antara
Pelatih Timnas Indonesia U-16 Fakhri Husaini (kiri) memeluk pesepak bola Indonesia Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi (kanan) dan David Maulana (tengah) usai pertandingan Final Piala AFF U-16 melawan Thailand di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (11/8).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani*

Pada 20 Desember 2018, rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI mengambil beberapa keputusan terkait timnas Indonesia di berbagai level usia. PSSI resmi menunjuk Simon McMenemy sebagai pelatih timnas senior Indonesia. Selain memastikan Simon sebagai pelatih timnas senior, Exco juga mempromosikan pelatih Indra Sjafri dari kepelatihan skuat U-19 ke timnas U-22 yang sebelumnya ditangani Luis Milla Aspas dan Bima Sakti. Adapun Bima, mendapat tugas melatih timnas U-16.

Satu hal yang bisa dibilang 'tertinggal' dari pengumuman keputusan PSSI yang mengejutkan publik itu. Tidak ada nama Fakhri Husaini, pelatih yang telah mengampu timnas U-16 menjadi tim berprestasi beberapa tahun terakhir. PSSI pun masih membiarkan pos kepelatihan timnas U-19 lowong, namun tidak memberikan jaminan akan memberikan jabatan kepada Fakhri.

Aneh bin kontroversial jika PSSI tidak mempertimbangkan Fakhri dan akhirnya mencoret mantan kapten timnas Indonesia pada era 1990-an itu dari daftar calon pelatih timnas. Publik pun, khususnya para pencinta skuat Garuda di media sosial kemudian melambungkan berbagai spekulasi atas ‘pengabaian’ PSSI terhadap Fakhri.

Apa yang akan saya ulas kemudian akan membuktikan bahwa Fakhri bukanlah pelatih sembarangan dan berbakat untuk bisa membawa sebuah tim mencapai kejayaan.

Sejak ditunjuk PSSI dan membentuk timnas U-16 pada 2017, Fakhri seperti meniru seniornya Indra Sjafri yang pernah sukses bersama timnas U-19 kala menjadi juara Piala AFF pada 2013. Fakhri blusukan dari kampung ke kampung, kota ke kota di seluruh Nusantara mencari bibit-bibit muda sepak bola masa depan.

Ketiadaan kompetisi reguler tingkatan umur membuat setiap pelatih timnas junior seperti Indra dan Fakhri merangkap sebagai pemandu bakat dan menyeleksi puluhan bahkan ratusan pemain. Pelatih pun wajib menyisihkan sebagian waktu kepelatihan untuk bepergian lintas kabupaten/kota bahkan provinsi untuk mencari pengisi skuat Garuda Muda. Sebagai informasi, baru setahun belakangan, PSSI menghidupkan kembali liga U-17 dan U-19.

Bersama tim yang baru dibentuknya, Fachri berhasil meraih juara di Vietnam dalam turnamen Tien Phong Plastic Cup 2017. Di turnamen ini, Fakhri membuktikan pemain-pemain pilihannya adalah hasil seleksi tepat.

Tak sekadar gelar,  timnas U-16 juga menyabet gelar Pemain Terbaik (Hamsah Lestaluhu), top skorer (Rendy Juliansyah), dan tim paling fair play. Fakhri pun menyabet gelar individu sebagai pelatih terbaik.

Sebagai tim unggulan, timnas U-16 kemudian malah bisa dibilang gagal total pada Piala AFF U-16 pada 2017. Namun, kegagalan itu kemudian dibayar oleh Rendy Juliansyah dkk dengan rentetan prestasi gemilang termasuk membayar lunas utang menjadi juara Piala AFF pada turnamen 2018.

2018 diawali oleh timnas U-16 dengan menjuarai Turnamen Jenesys di Jepang. Turnamen diikuti 12 peserta yang dibagi dalam empat grup. Hanya juara grup yang masuk semifinal.

Indonesia menjadi juara Grup B setelah mencatat dua kali kemenangan atas Filipina 7-1 dan Kamboja 5-0. Di semifinal, Sutan Diego Armando Zico dkk menaklukkan tuan rumah Jepang 1-0 sebelum berjaya pada partai puncak dan mengalahkan Vietnam juga dengan skor 1-0.

Pada Piala AFF U-16 pada 2018, Indonesia selalu meraih kemenangan dalam waktu 90 menit sejak dari fase grup sampai semifinal. Pada babak final, Indonesia sukses mengalahkan Thailand lewat adu penalti. Striker Amiruddin Bagus Kahfi Al-Fikri menyandang status top skorer dalam ajang itu setelah mencetak 12 gol.

Sebelum melakoni turnamen Piala AFF 2018, Indonesia berhasil lolos ke putaran final Piala Asia U-16 setelah menjadi juara grup pada babak kualifikasi. Indonesia meraih angka sempurna dengan mengalahkan Thailand, Timor Leste, Laos, dan Kepulauan Mariana Utara.

Pada babak kualifikasi Piala Asia U-16, Timnas U-16 Indonesia mencetak 25 gol dan cuma kebobolan satu kali. Sutan Diego Zico menjadi top skorer dengan 10 gol.

Sebagai pelatih, Fakhri berhasil menempa pemain asuhannnya memiliki mental yang siap tidak hanya bertarung di level Asia Tenggara, tapi juga Asia. Aturan disiplin ketat juga diterapkan Fakhri selama tim berada di pemusatan latihan atau turnamen, salah satu contohnya larangan bermain gawai saat para pemain makan bersama di meja makan.

Berada di Grup C Piala Asia bersama Iran, Vietnam, dan India, Indonesia berhasil lolos ke fase knock out bukan hanya sebagai runner-up tapi juara grup. Secara mengejutkan, Indonesia berhasil mengalahkan tim raksasa Iran dengan kemenangan meyakinkan 2-0.  Dua gol pada laga yang digelar di Malaysia itu dicetak si kembar Bagus dan Bagas.

Khusus cerita soal kembar Bagus dan Bagas, Fakhri dengan jeli melihat potensi berbeda pada perjalanan karier mereka. Amiruddin Bagas Kaffa dan Amiruddin Bagus Kahfi awalnya merupakan penyerang. Dua kembar ini memiliki keganasan yang sama di kotak penalti lawan.

Namun, pada Piala AFF 2018, Fakhri Husaini memberi tempat untuk penyerang lain dan meletakkan Bagas di posisi bek sayap. Sedangkan di lini serang, Supriadi dan Fajar Fathur diproyeksikan sebagai penyokong Bagus untuk mencetak gol. Hasilnya, pada Piala AFF 2018, racikan Fakhri Husaini melahirkan dua kemenangan beruntun, 8-0 melawan Filipina, dan 2-1 melawan Myanmar.

Kembali ke perjalanan Grup C Piala Asia, dua laga selanjutnya berakhir seri. Skor 1-1 melawan Vietnam dan skor kacamata kontra India. Pada laga terakhir lawan India, Fakhri mengubah formasi pakem 4-3-3 menjadi 4-2-3-1 yang akhirnya berhasil meredam kekuatan baru sepak bola Asia itu.

Sayang, pada babak perempat final melawan Australia, Bagas-Bagus dkk kalah tipis 2-3. Meski mimpi ke Piala Dunia U-17 harus kandas, timnas U-16 pulang ke Tanah Air dengan kepala tegak dan disambut pujian lantaran permainan impresif mereka yang membanggakan sepanjang turnamen.

Bersama timnas U-16, Fakhri memimpin 26 laga dengan 18 kemenangan, empat kalah, dan empat kali seri. Sebanyak 89 gol dibukukan tim asuhan Fakhri dengan catatan 25 kali gawang skuat Garuda Muda kebobolan dan 12 clean sheets.

Seusai gelaran Piala AFC, Fakhri berpisah dengan skuat timnas U-16 dan kembali ke Bontang, Kalimantan Timur. Di sana, Fakhri hingga kini masih menjadi karyawan PT Pupuk Kaltim yang dulu pernah terkenal karena pernah punya klub besar PKT Bontang, klub yang melambungkan nama Fakhri di kancah sepak bola nasional.

Beberapa waktu lalu, Fakhri ikut hadir dalam acara “Mata Najwa” dengan bahasan kasus pengaturan skor sepak bola yang kemudian memicu Mabes Polri membentuk Satgas Antimafia Bola.

Diketahui kemudian dan diakui Fakhri bahwa ia sempat dicegah oleh beberapa pejabat PSSI untuk datang dalam talk show itu. Spekulasi pun lalu bermunculan, bahwa tidak adanya nama Fakhri dalam daftar nama pelatih timnas Indonesia di berbagai level umur saat ini adalah hukuman dari PSSI atas kehadirannya di “Mata Najwa”.

Sekjen PSSI Ratu Tisha pekan lalu memberi petunjuk bahwa Fakhri masih berpeluang melatih timnas U-18. Namun, pernyataan Tisha pun mengandung kalimat bersayap yang menyebut PSSI juga mengincar pelatih asing, sementara belakangan Fakhri mengakui minatnya melatih salah satu klub Liga 1. Wallahualam.

*penulis adalah wartawan Republika.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement