Senin 13 Aug 2018 12:34 WIB

Kali Ini Hamas Lebih Cerdik!

Fatah dan Hamas merupakan dua faksi utama pembebasan Palestina.

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto:

Hamas menerima perjanjian dengan Israel karena kondisi ekonomi di Gaza yang terus memburuk. Kondisi ini, antara lain, disebabkan bantuan dari Suriah dan Iran telah lama berhenti. Untunglah, di tengah dunia yang serbaliar dan saling mengancam ini, Hamas masih mempunyai teman-teman setia, seperti Muhammad Dahlan (juru runding Palestina) dan Pemerintah Mesir. Lewat dua pihak inilah Hamas berhasil mendapatkan lebih dari yang diharapkan.

Tentu saja, akan ada pihak-pihak yang nyinyir, bahkan mengkritik keras perjanjian gencatan senjata lima tahun ini. Misalnya, mereka yang berpandangan bahwa perjanjian yang dilakukan secara sepihak oleh Hamas ini justru akan memecah belah bangsa Palestina. Namun, bagi para pengkritik ini harus ingat bahwa hubungan Hamas dengan Fatah—sebagai pemegang kendali Otoritas Palestina—selama bertahun-tahun memang sudah memburuk.

Apalagi, selama ini Otoritas Palestina/Fatah tidak pernah melibatkan Hamas dalam berbagai keputusan politiknya. Bahkan, berbagai keputusan politik yang diambil otoritas Palestina sering kali tidak menguntungkan Hamas atau rakyat Palestina yang tinggal di Gaza.

Selain itu, adakah pengganti yang lebih baik bagi Hamas selain perjanjian gencatan senjata ini, di tengah perkembangan dan perubahan geopolitik yang sangat cepat dan membahayakan di Timur Tengah? Begitu pula bagi para pengkritik terhadap keterlibatan Mesir yang menjadi fasilitator dalam perundingan ini. Adakah negara lain yang lebih baik dari Mesir yang telah berhasil mendorong terjadinya kesepakatan yang sangat penting bagi rakyat Palestina yang tinggal di Gaza ini?

Pertanyaan lain, mengapa jangka waktu perjanjian lima tahun? Belum ada jawaban pasti dari para pimpinan Hamas. Bisa saja, menurut Abdul Rahman al-Rasyid, dalam kolomnya di media al Sharq al Awsat, durasi perjanjian itu mencerminkan uji niat dan kepercayaan masing-masing pihak—Hamas dan Israel—dan transisi ke tahap yang lebih penting nantinya. ‘’Itu sangat dimungkinkan,’’ tulisnya.

Selama ini Hamas tidak pernah memercayai janji-janji, bahkan tidak mengakui keberadaan Israel. Beberapa gencatan senjata yang dilakukan kedua belah pihak sering dilanggar petinggi negara Zionis itu. Sebaliknya, Israel juga tidak pernah memercayai Hamas. Israel bahkan menuduh Hamas sebagai kelompok teroris dan bertanggung jawab terhadap peluncuran roket yang dilakukan kelompok-kelompok bersenjata di Gaza, yang sebenarnya sering kali di luar jangkauan Hamas.

Karena itu, perjanjian gencatan lima tahun ini jelas merupakan peluang bagi masing-masing pihak untuk saling uji kepercayaan, yang kita harapkan bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi Palestina pada masa mendatang. Minimal bagi mereka yang tinggal di Gaza yang selama ini banyak menderita.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement