Senin 11 Dec 2017 20:14 WIB

Pahami Komentar Mereka

Erik Hadi Saputra
Foto: dokpri
Erik Hadi Saputra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Hadi Saputra*

Pembaca yang kreatif, semua orang dengan profesi masing-masing berperan dalam memperkuat kompetensi di bidangnya. Tahapan penguatan itu yang pertama adalah unconscious incompetence (nyaman akan ketidakmampuan). Contohnya, pelaku usaha kecil yang menganggap karena usahanya yang kecil maka cara menawarkannya begitu-begitu saja. Bahwa ada kesan usaha kecil itu apa adanya, maka kondisinya seadanya saja. Kondisi ini yang membuat nyaman pada ketidakmampuan. 

Kedua, conscious incompetence (mengerti atas ketidakmampuan). Tidak mengerti atas ketidakmampuan menunjukkan bahwa seseorang sudah mengerti atas kekurangannya selama ini. Ini poin penting karena orang bisa mengevaluasi kemampuannya. Namun hal ini bisa jadi tidak berkembang ketika ia mencari pembenaran negatif kepada usaha orang lain yang pesaingnya (misalnya, usaha dia laris atau ramai dikarenakan 'sesuatu'). 

Tahapan ketiga adalah conscious competence (mengerti akan kemampuan). Ini tahapan yang sudah matang dimana kita paham akan kemampuan dan bisa bersaing dengan kemampuan yang ada. Mengerti bahwa konsumen memilih makanan itu adalah karena enak, bersih, ada berbagai pilihan harga, serta pelayanan yang excellent. Bahwa keripik itu dibungkus dengan kemasan yang rapi dan menarik, kering (tidak adanya tetesan minyak), ketika dicicipi gurih, bahkan rasanya mengejutkan karena bumbunya memiliki beberapa level kepedasan.

Tahapan terakhir adalah unconscious competence (refleks menggunakan kemampuannya). Tahapan ini artinya sudah mengerti secara otomatis berapa yang harus disiapkan, paham apa yang menjadi kesukaan pelanggannya, serta mengerti kondisi apa yang membuat mereka nyaman. Apa dan bagaimana yang dilakukan sudah mengerti dengan sendirinya. Semua tahapan ini akan kita lewati. Siklusnya akan berulang kembali dari awal lagi (unconscious incompetence) ketika kita memulai sesuatu yang baru yaitu sesuatu yang belum kita pahami atau mampu untuk dilakukan, salah satunya yaitu ketika seseorang siap meninggalkan zona stagnan.

 Pembaca yang kreatif, pada tahun 2014 saya berkesempatan mendapatkan coaching dari Pak Hermawan Kartajaya ketika beliau berkunjung ke AMIKOM untuk melihat proses produksi film animasi Battle of Surabaya (2D) dan Ajisaka (3D). Dari coaching itu saya mendapatkan pengetahuan bahwa orang memberikan penilaian terhadap produk atau jasa kita itu bisa dengan tiga cara yaitu, OK, AHA dan WOW.

Ketika seseorang mendapat komentar OK, itu menunjukkan bahwa produknya bagus namun hanya sampai pada tahapan itu saja. Ketika komentarnya adalah AHA, ini menunjukkan adanya nilai tambah dari produk atau jasa yang kita hasilkan sehingga orang mengatakan AHA. 

Apa yang terjadi ketika orang mengatakan WOW pada produk kita? Ada tiga hal, yaitu produk itu menarik (exciting),  mengejutkan (surprise) dan orang mau menggunakan atau memakainya karena sesuai selera mereka (personalize).

Jika kita memberikan seseorang sebuah sampel produk dan dia menerimanya serta menggunakannya, lalu pertanyaannya adalah bagaimana jika kita tidak memberikannya secara gratis? Apakah dia akan membelinya? 

Kalau dia membelinya semoga itu karena produk kita memang bagus, bukan karena kasihan sama kita.  Cara mengetahui hal itu adalah apakah dia membeli kembali produk kita? Itu bisa diketahui dengan kontuinitas pembelian yang tetap terjaga dan semakin meningkat. Selamat mengetahui komentar orang tentang produk atau jasa anda. Sehat dan sukses selalu.

*Kaprodi S1 Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas AMIKOM Yogya

 

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement