Jumat 17 Nov 2017 18:02 WIB

Dengarkan, Kemudian Berkomentarlah

Erik Hadi Saputra
Foto: dokpri
Erik Hadi Saputra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Hadi Saputra*

Pembaca yang kreatif, bagaimana rasanya tidak didengar? Saya yakin Anda tidak akan kesulitan untuk menjawabnya. Bahkan mungkin di antara Anda sering merasakannya. 

Tidak didengar itu sungguh menyakitkan, membuat kita merasa tidak penting. Penting untuk diingat bahwa terkadang kemampuan berkomunikasi yang baik itu adalah mengetahui apa yang seharusnya tidak dilakukan untuk mencegah hal-hal yang akan menyabotase (memotong) percakapan.

Pembaca yang kreatif, mendengar itu ada beberapa tingkatan. Pertama adalah mengabaikan, yaitu tidak berusaha mendengarkan. Sahabat kita sedang bercerita tentang masalahnya, namun kita fokus pada hal lain seperti memikirkan rencana akhir pekan dengan beberapa teman chatting di WhatsApp Group.

Kedua, pura-pura mendengar, yaitu berbuat seolah-olah mendengar. Seseorang memang memandang wajah temannya ketika sedang bercerita, namun pandangan itu hanyalah tatapan biasa yang sangat mudah berpaling ketika ada sapaan dari orang lain atau ketika mobile phone miliknya berdering. 

Selanjutnya adalah mendengar secara efektif, yaitu mendengarkan hanya bagian-bagian pembicaraan yang menarik minat. Seorang teman berbicara tentang kesulitannya mengerjakan tugas. Awalnya tidak ada tanggapan, lalu ketika mengetahui bahwa tugas itu adalah proyek dari sebuah perusahaan, maka yang mendengar langsung merespons dengan memberikan saran atau solusi pribadi dari permasalahan itu dengan harapan ketika proyek itu menghasilkan maka dia akan mendapatkan bagian.

Keempat, mendengarkan dengan penuh perhatian, yaitu memberi perhatian dan berfokus pada apa yang dikatakan si pembicara dan membandingkan dengan pengalaman kita sendiri. Sebagai contoh, sekelompok orang bercerita tentang kehebatan mereka memenangkan perlombaan futsal antar sekolah se-kotamadya, kemudian yang mendengar langsung memberikan tanggapan bahwa setahun yang lalu timnya memenangkan kejuaraan futsal antar sekolah se-provinsi. Lebih hebat bukan?

Kelima adalah mendengar aktif, yaitu mendengarkan dan merespons dengan hati maupun pikiran untuk mengerti perkataan, maksud, dan perasaan si pembicara. Salah satu anggota keluarga Anda mengeluhkan betapa tidak nyamannya dia berada di lingkungan baru disekitar tempat kosnya. Sebagai sesorang yang ingin mengerti lebih lanjut tentang yang dirasakannya maka Anda akan mencoba mengetahuinya dengan bertanya seperti: "Kamu sepertinya kecewa ya?" atau "Apakah kamu tidak nyaman?" Dengan harapan dia akan bercerita banyak sampai Anda mengerti apa yang dirasakannya.

Pembaca yang kreatif, Bobbi DePorter dalam bukunya The 7 Biggest Teen Problems and How to Turn Them into Strengths mengungkapkan rasanya didengar adalah seperti ada seseorang yang peduli pada kita. Banyak remaja yang tidak menyadari bahwa menunjukkan kepedulian pada setiap percakapan merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan. 

Kemampuan berkomunikasi akan semakin meningkat apabila seseorang bersungguh-sungguh mengerti bahwa hal inilah yang membuat teman-teman dan anggota keluarga sering menghampiri kita bukan untuk menyelesaikan masalah mereka atau membuatnya menjadi lebih baik, tetapi hanya sekedar untuk didengarkan. 

Merupakan pengalaman yang menakjubkan bagi orang tua ketika putra atau putrinya membuka diri dan berbagi sesuatu yang mendalam secara pribadi, yang sebelumnya tak pernah mereka bicarakan. Terkadang, pembicaraan dari hati ke hati dapat menghidupkan kembali hubungan antara orang tua dan anak remajanya. 

Bagaimana jika kita sebagai orang tua atau guru meluangkan waktu untuk duduk dengan anak atau anak didik sekali dalam sepekan tanpa gangguan dan benar-benar berbicara? Bagaimana jika kita menanyakan sesuatu yang jawabannya bukan sekedar ya atau tidak seperti: Apa tantangan terbesarmu di sekolah? Siapa teman yang paling dekat denganmu saat ini? Pelajaran apa yang membuatmu nyaman? Sehingga dari pembicaraan itu membuat kita semakin dekat dengan mereka. Cobalah untuk mendengar dan setelah itu berikanlah komentar. Sehat dan sukses selalu. 

 

*Kaprodi S1 Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement