REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Bayu Hermawan
Pilgub DKI Jakarta menjadi ajang pemilihan kepala daerah yang paling menarik dan dicermati publik pada gelaran pesta demokrasi serentak pada 2017 mendatang. Saat ini publik tengah menanti ke mana arah dukungan PDIP di Pilgub DKI Jakarta, apakah akan memunculkan calon baru atau akhirnya ikut dalam gerbong pengusung calon pejawat.
Dengan modal 28 kursi di DPRD DKI Jakarta, patutlah jika PDI Perjuangan 'jual mahal' dalam memberikan dukungan kepada seorang bakal calon gubernur. Jika mengacu pada syarat yang ditetapkan KPU DKI Jakarta, PDI Perjuangan lebih dari cukup untuk mengusung sendiri calon mereka, jika tidak ingin berkoalisi. Bahkan modal yang dimiliki PDI Perjuangan lebih besar dari modal yang dimiliki oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melalui tiga parpol pendukungnya yakni Golkar, Hanura dan Nasdem.
Namun, sebagai pemenangan Pemilu 2014 di Jakarta, hal tersebut ternyata tidak membuat PDI Pejuangan bersikap tegas dalam mengusung seorang bakal calon. Hingga detik ini, kemana arah dukungan PDI Perjuangan masih menjadi misteri. Hal ini berbeda dengan Nasdem dan Hanura yang masing-masing cuma memiliki lima dan 10 kursi di DPRD DKI, namun sudah percaya diri mengusung Ahok dari jauh-jauh hari.
Meski begitu, langkah PDI Perjuangan tetap menarik dan patut untuk dicermati. Bukan cuma sebagai pemilik kursi terbanyak di DPRD seperti yang disebutkan di atas, namun rapor PDI Perjuangan di Pilkada DKI Jakarta pun selalu memuaskan. Boleh lah disebut jika PDI Perjuangan merupakan 'King Maker' di Jakarta. Alasannya, coba tenggok hasil Pilgub 2007 dan 2012, disana setiap calon yang mendapat dukungan PDI Perjuangan pasti berhasil menjadi pemenang.
Di Pilgub 2007, meski bukan menjadi pendukung Fauzi Bowo, namun PDI Perjuangan 'menyumbangkan' Prijanto sebagai Cawagub. Hasilnya, pasangan Foke dan Prijanto berhasil mengalahkan pasangan Adang Daradjatun dan Dani Anwar, yang diusung PKS. Menilik hasil Pilkada 2007, mungkin sebagian orang bisa berpendapat jika pantas saja PKS kalah karena harus menghadapai koalisi super gemuk. Tapi jika melihat hasil Pilkada 2012, mungkin pendapat tersebut bisa berubah.
Di Pilkada DKI 2012, giliran PDI Perjuangan yang harus melawan koalisi gemuk, dengan hanya mengandeng Gerindra. Toh, hasilnya pasangan Jokowi dan Ahok yang diusung PDI Perjuangan dan Gerindra berhasil menjungkalkan calon pejawat Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Mencermati dua hasil Pilkada terdahulu, dimana PDI Perjuangan pernah berada di kubu koalisi gemuk dan koalisi kurus, pantas-pantas saja jika partai pimpinan Megawati Soerkarnoputri itu disebut sebagai 'King Maker' di Jakarta.
Jika saat ini sikap PDI Perjuangan juga belum tegas, hal itu pun bisa dimaklumi. Kita tidak perlu gemas, karena memang PDI Perjuangan boleh dikatakan sebagai pemain spesialis ‘injury time’, hal yang sudah dilakukan PDI Perjuangan sejak Pilgub 2007 dan 2012.
PDI Perjuangan saat ini nampaknya tengah benar-benar berhitung untuk memberikan dukungan. PDI Perjuangan seolah sadar jika dirinya merupakan ‘Kartu AS’ di Pilgub DKI Jakarta. Partai berlambang banteng itu, bisa saja membuat Koalisi Kekeluargaan bercerai jika akhirnya memutuskan mendukung Ahok. Sebaliknya, PDI Perjuangan juga bisa membuat pendukung Ahok ‘gemetar’ jika akhirnya mereka memunculkan tokoh baru di Pilkada Jakarta, seperti Tri Rismaharini alias Risma.
PDI Perjuangan juga tentu berhitung di era saat ini, dimana masyarakat Jakarta semakin cerdas dalam berpolitik, gemuk atau kurusnya koalisi bukan lagi ukuran untuk merebut kemenangan. Namun pertarungan di Pilkada 2017 akan lebih pada pertarungan figur vs figur dibanding parpol kontra parpol.
Dengan waktu tersisa sekitar satu bulan lagi, akan semakin menarik mengikuti kemana arah dukungan PDI Perjuangan mengalir. Belakangan ini, pemberitaan-pemberitaan tentang arah dukungan PDI Perjuangan pun masih simpang siur, sebagian mengatakan 'Si Merah' condong ke Ahok, sebagian lagi menuliskan PDI Perjuangan akan memboyong Risma hijrah ke Jakarta.
Tetapi hanya satu orang yang bisa menjawab soal dukungan PDI Perjuangan di Pilkada yakni Megawati Soekarnoputri sebagai sang ketua umum. Akankah Megawati bisa membuat PDI Perjuangan kembali menjadi 'king maker' di Pilkada DKI 2017? Ataukah justru di tahun depan untuk pertama kalinya PDI Perjuangan kalah di Pilgub Jakarta? Kita tunggu saja.