REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy (Wartawan Republika)
Di era Perang Salib, pedang menentukan nasib dunia. Sedang di Perang Dunia Pertama, senjata api yang pegang kendali. Memasuki fase Perang Dunia kedua, senjata nuklir menjadi kata akhir.
Namun di era saat ini, senjata paling ampuh di muka bumi hanya berbentuk 140 huruf di sosial media. Sosial media bisa mengakibatkan revolusi di sebuah negara. Sosial media pula yang bisa mengakibatkan masyarakat terbelah menjadi dua kubu yang saling berlawanan saat pemilihan presiden.
Namun berkat sosial media pula tak terhitung banyaknya masyarakat yang menjadi kaya raya, menemukan relasi, bahkan istri. Pada akhirnya kekuatan sosial media mampu mempengaruhi seluruh hajat hidup manusia.
Namun tahu kah Anda, apa hajat hidup manusia yang paling mengundang atensi di sosial media? Jawabannya, seperti dilansir the UK Sports Network, adalah olahraga!
Total 41 persen dari kicauan pengguna sosial media Twitter adalah terkait dengan olahraga. Dan lebih dari 50 persen dari bahasan olahraga itu adalah seputar sepak bola.
Pun halnya di Facebook yang merupakan sosial media paling laris di muka bumi. Di sosial media bentukan Martin Zuckerberg cs ini, Cristiano Ronaldo mampu menyedot atensi 106 juta pengikut.
Ronaldo hanya berselisih 500 ribu pengikut dari penyanyi Shaqira yang masih merupakan manusia dengan pengikut terbanyak di Facebook. Dengan angka-angka di atas maka tak heran jika sosial media kini mendapat tempat khusus di sepak bola.
Para pelaku sepak bola, mulai dari pemain, klub, hingga timnas kini fokus menggarap ranah sosial media. Makin banyak atensi, berarti makin banyak keuntungan yang dihasilkan.
Apa yang dilakukan pemerintah Jerman bisa dijadikan contoh. Pemerintah Jerman bahkan menunjuk pejabat olahraga yang khusus mengepalai sosial media. Apa Kepala Olahraga Jerman untuk Facebook. Ada pula Kepala Olahraga Jerman untuk Twitter yang kini dijabat oleh Paul Keuter.
Keuter mengaku, aktivitas di sosial media sangat memperngaruhi dunia sepak bola Jerman. Dia mencontohkan bagaimana peran tim sosial media di balik kesuksesan Jerman meraih Piala Dunia 2014.
Kala timnas Jerman fokus berjuang di Brasil, tim sosmed (sosial media) Jerman membuat interaksi dengan pendukungnya di Twitter. Dengan memakai tagar #aneuererseite (di sisi mu), masyarakat Jerman diminta untuk memberi pesan dukungan bagi Mesut Oezil dan kawan-kawan.
Di satu sisi, para staf sosmed timnas Jerman pun memberi kabar terbaru kepada para followernya mengenai perkembangan terbaru dari markas tim. "Ada ikatan kuat antara timnas Jerman dan pendukung. Sehingga ini memancing antusiasme yang luar biasa," kata Keuter seperti dilansir the UK Sports Network.
Tak heran, hanya memiliki ratusan ribu follower, Twitter timnas Jerman dengan akun @DFB_Team meroket jumlah pengikutnya hingga 1,3 juta follower pada Piala Dunia. Kini akun tersebut menjadi sarana promosi yang efektif bagi timnas maupun sepak bola Jerman.
Keuter pun menujukkan strategi klub Jerman Schalke 04 menjadikan sosial media sebagai trik untuk mendongkrak performa tim di lapangan. Dia menjelaskan, setiap usai babak pertama, manajamen Schalke sengaja menunjukkan postingan pendukungnya via Twitter di kamar ganti untuk memotivasi pemain.
Namun hal yang paling penting dari semua aktivitas di sosial media adalah uang. Sepak bola meraih banyak pundi-pundi dolar akibat aktivitasnya di Twitter dan Facebook.
Data akuntan publik, Deloitte pun menujukkan makin banyak klub dan pemain memiliki pengikut di sosial media, makin banyak pula uang yang dihasilkan. Real Madrid menjadi klub dengan jumlah pengikut terbanyak di Twitter merupakan klub terkaya di dunia. Pun halnya, Barcelona yang memiliki pengikut terbanyak kedua.
Hal yang sama berlaku di Facebook. Ahli strategi sosial medua, Glenn Miller mengatakan 500 juta pengguna Facebook sedikitnya membahas satu bahasan sepak bola setiap bulannya. Jumlah ini lima kali lebih besar dibanding bola basket yang menjadi cabang kedua paling digemari di Facebook.
Menurut Miller, klub sepak bola mesti memanfaatkan hal ini dengan menjalin ikatan kuat dengan fan di Facebook. "Hal pertama klub harus serius merangkul fan di Facebook, dan jangan berpikir dari sisi komersial saja," ungkap Miller.
Dengan fokus merangkul fan, jelas Miller, sisi komersial akan mengikuti dengan sendirinya. Miller pun merujuk tim sosial media Arsenal yang menurutnya bermain cukup sukses di Facebook.
Arsenal memberi postingan eksklusif kepada fan via Facebook. Setiap usai laga, tim sosmed Arsenal langsung mewawancarai pemain the Gunners dan videonya langsung dipublikasikan di Facebook resmi tim.
Inilah yang akhirnya membuat fan Arsenal begitu terikat dan terkoneksi satu dengan yang lain dengan klub via Facebook. Sama halnya dengan Arsenal, klub raksasa Jerman Bayern Muenchen pun dianggap sukses menggarap ranah sosial medianya.
Namun Muenchen lebih fokus di Youtube. Setiap pekannya, Youtube resmi Muenchen menyiarkan secara langsung latihan tim. Latihan ini bisa diakses secara bebas oleh fan Muenchen.
Dengan segala sajian di sosial media, klub pun mendapat manfaat secara tak langsung. Fan mereka di sosial media tumbuh pesat dan ini meningkatkan brand image klub di dunia.
Namun bukan berarti sosial media tak punya efek negatif dalam sepak bola. Dalam sejumlah kesempatan, beberapa pemain malah terlibat perang dengan pendukungnya di Twitter atau Facebook. Ini seperti yang dialami bek Queens Park Rangers (QPR), Rio Ferdinand.
Akibat tampil buruk Ferdinand jadi sasaran ejekan fan sendiri di Twitter. Tak terima dengan ejekan Ferdinand membalas dengan kata-kata kasar.
QPR pun terkena getahnya karena secara tak langsung pemain dan fan terbelah. Tak hanya itu, Ferdinand pun dijatuhi sanksi dari FA akibat perbuatannya di dunia maya.
Memang ada benarnya pandangan sejumlah kritikus sosial media bahwa tak selamanya sosial media itu berguna sebagaimana mestinya. Seperti pernyataan fotografer anonim dunia, JR; "Kadang kala, sosial media tak membuat kita terkoneksi, melainkan makin terputus."