Kamis 10 Oct 2013 16:49 WIB

Sandungan Dinasti Rau

M Fakhruddin
Foto: Naslih Nasrullah
M Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Fakhruddin

twitter: @penareal2001

Kuburan “Si Buta dari Goa Hantu” tampak berdiri kokoh di antara makam lainnya di Pemakaman Ratu, Desa Pesanggrahan, Kampung Lemburjero, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten. Tidak banyak yang tahu kalau di situ tempat jasad Retno Timoer, aktor era tahun 70-an yang terkenal sebagai pemeran pendekar buta Badra Mandrawata bersemayam.

Saya pun baru mengetahui kalau Ratno Timoer dimakamkan di situ saat mengantar jenazah ayah kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Tubagus Chasan Sochib, pada Juni 2011 lalu. Ternyata, “pendekar buta” itu juga anak angkat Chasan Sochib yang dikenal sebagai jawara Banten paling disegani kala itu.

Saking diseganinya, prosesi pemakaman tokoh Banten itu dilakukan secara militer dipimpin Dandim Serang, Letnan Kolonel Wahyu Widodo. Sejumlah kepala daerah dan pejabat teras di lingkungan Provinsi Banten tampak hadir dalam upacara tersebut. Hadir juga sejumlah tokoh nasional seperti tokoh Partai Golkar, Akbar Tanjung, dan mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiqurrahman Ruqi.

Bagi mereka yang tinggal di Banten atau pernah tinggal di Banten pasti kenal Chasan Sochib yang akbar disapa Haji Hasan. Tokoh sentral Banten, pemimpin tunggal kelompok paling dominan di Banten yang sering disebut kelompok atau dinasti 'Rau'. Rau merujuk pada tempat tinggalnya di kompleks Pasar Rau.

Almarhum yang sering mencantumkan nama lengkapnya sebagai Prof DR (HC) H Tubagus Chasan Sochib itu sukses membangun dinasti dan menempatkan anggota keluarganya di jabatan strategis tingkat daerah dan nasional. Selain sebagai ayah kandung Ratu Atut Chosiyah, pria asal Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten ini juga ayah kandung dari Wali Kota Serang Tubagus Hearul Jaman, Wakil Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah, juga merupakan mertua Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, kakek anggota DPD RI, Andika Hazrumi, dan suami Wakil Bupati Pandeglang Heryani.

Sepeninggalan Abah, sapaan akrab Chasan Sochib, banyak yang mengira dinasti Rau bakal runtuh. Karena, kehilangan tokoh sentral yang dikenal dianggap sebagai gubernur yang sebenarnya memimpin Banten. Bahkan, kalangan akademi Banten menyebutnya sebagai gubernur jenderal. Ratu Atut dianggap hanya sebagai boneka saja. Namun, prediksi itu ternyata keliru. Ratu Atut mampu mempertahankan posisi sebagai gubernur Banten setelah terpilih untuk kedua kalinya pada Pemilukada Banten 2011.

Kesuksesan Atut melanggengkan kekuasaannya ini tidak terlepas dari tokoh di belakang Atut, yakni Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, adik kandung Atut. Setelah Abah wafat, Wawan lah yang memegang peran sentral yang mengonsolidasi kekuasaan ekonomi dan politik di Banten. Dia juga merupakan suami Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.

Wawan muncul sebagai aktor intelektual yang sangat berpengaruh yang memanfaatkan posisinya sebagai ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Banten menggantikan ayahnya. Oleh karena itu, pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Gandum Ismanto, menyebut Wawan sebagai calo proyek yang mengatur siapa mendapat apa, siapa mengerjakan apa, dan siapa menjadi apa di pemerintahan. Sehingga, jawara yang sempat dihimpun almarhum Abah semasa hidupnya tetap loyal kepada Wawan. “Karena mendapatkan jatah proyek dari setiap rupiah proyek APBD dan APBN di Banten,” kata Gandum.

Di bawah kendali Wawan ini, dinasti Rau tetap berusaha melakukan ekspansi kekuasaannya. Dari delapan kota/kabupaten di Provinsi Banten, hanya tinggal empat kota/kabupaten yang belum dikuasai dinasti Rau. Yakni, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon, dan Kabupaten Lebak. Sisanya, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Pandeglang sudah dalam cengkeraman.

Upaya ekspansi dinasti Rau untuk memperluas wilayah kekuasaannya ternyata harus berhadapan dengan dinasti keluarga lainnya. Daerah-daerah yang belum dikuasi dinasti Rau terkendala karena di daerah tersebut juga sudah bercokol dinasti keluarga lain. Yakni, Wali kota Cilegon Tubagus Iman Ariyadi yang mewarisi kepemimpinan ayahnya, Tubagus Aat Syafaat. Iman juga masih satu partai dengan Atut sehingga tidak perlu diganggu.

Di Kabupaten Tangerang ada Bupati Ahmed Zaki Iskandar yang mewarisi kekuasaan ayahnya, Ismet Iskandar. Dinasti Rau juga tidak banyak mengganggu dinasti Ismet karena sudah ada pembagian kekuasaan saat pemekaran Kota Tangerang Selatan.

Tinggal Kota Tangerang dan Kabupaten Lebak. Namun, langkah dinasti Rau terganjal saat mencoba menguasai Lebak pascakepemimpinan Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya. Pasalnya, anak Jayabaya, Iti Oktavia, yang berpasangan dengan Ade Sumardi menjadi bupati-wakil bupati terpilih Lebak.

Upaya dinasti Rau tidak berhenti sampai di situ. Wawan diduga menyuap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar agar Pemilukada Lebak diulang. Dan itu dikabulkan. Hingga akhirnya, Akil Mochtar dan Wawan ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kini, publik Banten menyambut suka cita penangkapan Wawan dan pencekalan Ratu Atut oleh KPK. Kalangan akademisi dan masyarakat kelas menengah Banten berharap momentum tersebut bisa meruntuhkan dinasti Rau di Banten. Dinasti Rau yang diduga melanggengkan kekuasannya dengan uang dan hidup mewah di tengah banyak rakyatnya yang miskin, dinilai sebagai pangkal persoalan tertinggalnya pembangunan Provinsi Banten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement