Sabtu 19 Oct 2024 10:29 WIB

Surat Perpisahan untuk Presiden Jokowi

Jokowi pemimpin yang bisa mewarnai zamannya.

Presiden Joko Widodo di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Joko Widodo di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024).

Oleh : Abdullah Sammy, Jurnalis Republika

 

“Untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara yang kuat, negara yang makmur, negara yang damai kita harus memiliki jiwa cakrawarti samudera, jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung."

Baca Juga

Kata di atas adalah pidato resmi pertama Jokowi ketika dilantik sebagai Presiden, 10 tahun lalu. Kalimat yang mengutip Bung Karno itu dipraktikkan Presiden Jokowi sepanjang 10 tahun memimpin Indonesia. Jokowi menunjukkan kepemimpinannya layaknya sebuah adagium, "pelaut tangguh tak lahir dari lautan yang tenang."

Harus diakui Jokowi adalah pemimpin yang bukan sekadar melakukan business as usual. Dia berani pasang badan dalam mengambil kebijakan non populer.  Layaknya pelaut yang berani menjadi nahkoda di tengah gelombang besar. 

Saya mencatat sejumlah kebijakan Jokowi yang 'berani' mengambil posisi tak populer, namun revolusioner. Di masa awal kepemimpinannya, Jokowi memutuskan mengurangi secara signifikan subsidi BBM yang dinilai tak tepat sasaran. Kebijakan yang terbukti tepat karena membatasi subsidi yang banyak dinikmati kalangan mampu itu. 

Pembangunan infrastruktur secara masif juga dilakukan sejak tahun pertama pemerintahannya. Sejumlah BUMN Karya didorong untuk menjadi pilar pembangunan sejumlah proyek strategis, seperti jalan Tol. Meski kalkulasi ekonomi sangat berat plus resistensi dari masyarakat yang lahannya terdampak pembangunan, pemerintahan Jokowi bergeming pada sikapnya. Seluruh proyek terus maju di tengah resistensi dan pro-kontra. Hasilnya untuk pertama kalinya sejak era Daendels, Pulau Jawa tersambung dari ujung barat ke timur via jalan Tol pada 2018. Tak hanya Jawa, Jalan tol pun dibangun di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan wilayah Indonesia Timur. 

Total sepanjang 10 tahun Jokowi membangun 43 bendungan baru, 366 ribu km jalan desa, 2.700 km jalan tol, dan 6.000 km jalan nasional. Ini masih ditambah pembangunan 3.743 sekolah baru. 

Ada pula kebijakan berani Jokowi mendorong proyek MRT, LRT, hingga kereta cepat Bandung-Jakarta. Pada akhirnya kita harus akui bahwa secara infrastruktur, Indonesia sepanjang 10 tahun pemerintahan Jokowi berkembang secara sangat masif. 

Hasil Survei Republika Analitika periode Oktober 2024 menunjukkan bahwa 39,1 persen responden menilai legacy terbaik pemerintahan Jokowi adalah pembangunan infrastruktur. 

Salah satu gestur keberanian Jokowi sebagai pemimpin juga terlihat dari keberhasilan mengakuisisi saham mayoritas Freeport dari tangan asing. Kini mayoritas saham tambang emas terbesar itu ada di tangan holding BUMN, Mind Id.

Pembangunan IKN sebagai ibu kota baru menggantikan Jakarta juga menjadi kebijakan berani Jokowi. Meski kondisi dan hitungan ekonominya sangat sulit, Jokowi tetap pada keputusannya membangun masa depan Indonesia dari Kalimantan. 

Memang harus diakui pula bahwa kebijakan yang diambil tak semua berjalan lancar tanpa kendala. Ini seperti dalam pembangunan IKN yang penuh dinamika. Ada sejumlah perencanaan yang terdisrupsi kondisi eksternal. Sebagai contoh saat Covid-19 menghantam dunia pada 2020. Akibatnya banyak proyek pemerintah yang mestinya sudah menghasilkan perputaran ekonomi, terpaksa gigit jari. 

Kondisi yang tak terduga ini ibarat ombak maha besar yang menerpa. Tapi sebagai nahkoda, Jokowi terbukti mampu mengambil keputusan sulit yang berisiko. Meski serba sulit, pembangunan proyek strategis terus digeber sepanjang Covid-19. Tak seperti negara lain yang merespons pandemi dengan lockdown total, Jokowi menerapkan strategi gas dan rem. Kebijakan situasional dengan memperketat dan melonggarkan pembatasan fisik sesuai dengan pergerakan angka pandemi di Indonesia.

Meski kebijakan ini dikritik sana-sini, tapi policy pemerintah Jokowi terbukti mampu secara menyeimbangkan pemulihan kesehatan dan perekonomian secara simultan. Hingga akhirnya Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka pemulihan dampak Covid-19 yang tercepat. 

Pada akhirnya, setiap pemimpin ada zamannya, setiap zaman ada pemimpinnya. Pemimpin yang baik (good leader) adalah dia yang mampu beradaptasi dengan warna sebuah zaman. Namun pemimpin hebat (great leader) adalah pemimpin yang bisa mewarnai zamannya.

Dengan pro dan kontranya, saya mesti menyebut Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang hebat. Pemimpin yang bisa mewarnai zamannya. 

Memang tak ada manusia sempurna. Masih ada kekurangan pula di sana sini. Ini seperti sejumlah infrastruktur yang belum efektif penggunaannya, seperti sejumlah bandara baru yang minim penumpang. Ada pula soal indeks korupsi dan demokrasi yang dinilai tak optimal sepanjang 10 tahun terakhir. 

Tapi pemimpin hebat bukanlah pemimpin yang tanpa kesalahan sama sekali. Pemimpin hebat adalah pemimpin yang selalu punya cara untuk belajar dan bangkit dari kesalahan.  Layaknya apa yang diungkapkan Jack Ma, “Belajar dari kesalahan bukanlah untuk menghindarinya tapi untuk menghadapi dan bangkit darinya.”

Layaknya seorang pelaut tangguh yang paham bahwa tak selamanya gelombang besar mampu mereka hindari. 

Satu hal yang pasti kapal Indonesia yang dinahkodai Jokowi kini telah beralih kemudi secara mulus ke Prabowo per 20 Oktober 2024 ini. Pada akhirnya pemimpin datang dan pergi. Tapi jasanya akan selalu abadi. Seperti jasa Presiden Soekarno yang mengantarkan kemerdekaan Indonesia, Presiden Soeharto yang membangun Indonesia, Presiden Habibie yang menjaga demokrasi, Gus Dur yang membangun toleransi, Megawati peletak pondasi reformasi, SBY yang menciptakan stabilitas, serta Jokowi yang membangun infrastruktur untuk Indonesia tinggal landas menuju 2045. 

Deretan pemimpin bangsa yang datang dan pergi itu bukan untuk dicaci. Sebab bangsa yang besar bukanlah bangsa pencaci, tapi yang menghargai jasa pendahulunya. Mengakhiri tulisan ini, pantas rasanya kita mengucap; terima kasih kepada presiden ketujuh Republik Indonesia, Presiden Jokowi!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement