REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Wartawan Republika Eco Supriyadi
Banyak yang mengeluhkan kalau beberapa tempat makan cepat saji yang diduga terafiliasi dengan produk Israel mulai kembali ramai dikunjungi masyarakat. Ajakan boikot pun mulai kendur seiring dengan perang di Gaza yang berlarut-larut.
Justru saat inilah momen-momen krusial bagi para perusahaan itu untuk menguji konsistensi kita memboikot produk yang mendukung Israel. Beberapa merek makanan cepat saji mulai melaporkan penurunan penjualan mereka. Domino's misalnya melaporkan penurunan penjualan sebesar 8,9 persen di Asia.
Sementara McDonald's juga gagal mencapai target pertumbuhan penjualan di Timur Tengah, India dan Cina. Mereka menargetkan pertumbuhan penjualanan sebesar 5,5 persen dari Oktober hingga Desember 2023, namun hanya tercapai 0,7 persen.
Lalu Starbucks, gerai kopi asal AS yang cukup terkenal ini juga mengalami hal serupa Mcdonald's. Aksi boikot terhadap KFC juga telah memberikan pukulan terhadap perusahaan yang diduga terafiliasi dengan Israel tersebut. Omzet mereka turun hingga 30 persen.
Mungkin penurunan-penurunan penjualan itu tidak begitu terasa bagi kita. Namun perusahan-perusahaan itu mulai panik imbas aksi boikot mereka yang mendukung Palestina. Saat ini, banyak perusahaan ketar-ketir jika ada seruan boikot terhadap produk mereka.
Yang terakhir FamilyMart. Mereka menghadapi seruan boikot di Jepang, yang kemudian merembet ke Malaysia dan Indonesia. Hal itu dilakukan tak lama setelah Itochu Corp ketahuan bekerja sama dengan perusahaan pertahanan Israel, Elbit Systems Ltd. Bergerak cepat, sebelum seruan boikot kian menyebar dan berdampak pada penjualan mereka, Itochu Corp segera melakukan tindakan.
Unit usaha aviasi milik Itochu Corp akan mengakhiri kerja sama strategisnya dengan Elbit Systems Ltd pada akhir Februari ini. Walaupun alasan mereka melakukan hal tersebut seiring terjadinya perang yang melanda Gaza. Itochu, yang memiliki basis utama bisnis perdagangan, juga merupakan pemegang saham mayoritas FamilyMart.
Ini adalah bukti aksi boikot memberikan pukulan bagi Israel. Sebab, perusahaan-perusahaan global akan berpikir ulang jika ingin melakukan kerja sama dengan Israel dalam bentuk apapun. Bahkan, perusahaan-perusahaan yang kini masih menjalin kerja sama pun mungkin sedang sibuk menutupi hubungan mereka dengan zionis Israel. Sebab, jika ketahuan, praktis hal itu akan mempengaruhi brand mereka.
Aksi boikot memberikan peran bagi masyarakat dunia untuk membuat Israel semakin dijauhi oleh perusahaan-perusahaan global. Sehingga hal tersebut otomatis akan mempengaruhi kondisi ekonomi mereka.