Jumat 31 Dec 2021 09:24 WIB

Putra Minang Buat Kerajaan di Philipina, Bukan Patih Majapahit Gajah Mada!

Sejarah pendiri kerajaan Sulu, Tumasik, dan kota Filipina itu dari Minang

Istana Kesultanan Sulu, Philipina.
Foto: Wikipedia
Istana Kesultanan Sulu, Philipina.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.

Serat Pararaton 1600 M memberi kabar, yang Gajah Mada 238 tahun sebelum serat ditulis, bersumpah akan taklukkan sejumlah kerajaan, antara lain, Temasik. Temasik berdiri di Singapura pada 1299. Tak ada konfirmasi dari Singapura bahwa Gajah Mada pernah ke Singapura, apalagi kuasai Temasik. Dongeng begini tidak mendidik.

Setelah berdiri kerajaan Pagaruyung di Minangkabau pada 1347 berangkatlah ke Philipina seorang warga Minang bernama Bagindo Ali. Niatnya mau berdakwah, tapi entah apa yang terjadi Bagindo Ali malah mendirikan power system. Namanya Kerajaan Sulu.

Soal itu, Presiden Duterte dan Nur Misuari mengakui fakta sejarah ini. Di dalam perjalanannya Kerajaan Sulu membangun semirip regionalisme dengan kerajaan Sambas dan Tidore.

Pada abad XV M menyusul putra Minang lain, Rajo Sulaiman, membangun power system yang ia beri nama Fi Amanilah. Nama ini kemudian menjadi nama kota Manila. Presiden Marcos menghargai jasa Rajo Sulaiman dengan membuat monumen beliau dan pintu gerbang.

Semirip regionalisme sudah berlaku antara Pagaruyung dan Negeri Sembilan. Bekas raja Negeri Sembilan yang cakap menjadi Raja Pagaruyung, vice versa.

Tradisi ini bulan baru, Mesir dan Persia juga melakukan hal serupa. Malah mereka lebih dulu, tetapi tradisi ini di Jawa tak dikenal.

Adityawarman mestinya perdana menteri yang cakap, mestinya dia native atau dari salah satu negara tetangga. Saya belum dapat keterangan akurat Adityawarman putra daerah atau dari Kerajaan Melayu.

Syahbandar Sunda Kalapa 1518-1540 Wa Item sebelumnya Syahbandar Malaka. Nama asli beliau Muhammad Kasim.

Migrasi penduduk pun tidak sepihak. Di Jakarta ada kampung Melayu dan di Tangerang juga. Di Bangkok ada kampung Jawa. Ada pula Pondok Ranggon di Jakarta yang mengingatkan kita pada Burma atau sekarang Myanmar.

Ajarkanlah anak didik sejarah yang benar. Jangan rangsang mereka berkhayal!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement