REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nasihin Masha
Nama Joserizal Jurnalis kali pertama saya dengar adalah saat ada konflik Ambon. Bersama MER-C yang ia dirikan, ia terjun ke medan konflik berdarah yang panas. Saat itu justru orang-orang memilih keluar dari Ambon. Namun dokter spesialis ortopedi yang hidup mapan di Jakarta itu justru menerobos masuk. Untuk ikut memanggul senjata dan terlibat konflik? Untuk memanaskan situasi dengan menjadi provokator? Tidak. Dokter Jose, begitu ia biasa disapa, membawa misi kemanusiaan. Ia menolong korban-korban yang terluka. Ya, konflik sipil yang menelan korban cukup banyak itu butuh pihak-pihak yang dingin untuk menolong masyarakat yang kehilangan pijakan.
Konflik yang meledak pada 19 Januari 1999 itu menimbulkan ribuan korban tewas dan ratusan ribu orang meninggalkan Ambon. Nama Dokter Jose muncul di banyak pemberitaan dalam konteks kemanusiaan. Sejak itu, Dokter Jose dan MER-C selalu muncul di medan konflik. Ya, setelah reformasi, Indonesia banyak dilanda kerusuhan. Pemerintah pusat kehilangan kendali. MER-C adalah singkatan dari Medical Emergency Rescue Committee. Lembaga kemanusiaan ini juga selalu muncul di wilayah-wilayah bencana ataupun situasi yang membutuhkan misi kemanusiaan dalam hal kesehatan. Maklum organisasi ini beranggotakan para dokter. Karena itu, MER-C selalu hadir di seluruh pelosok Nusantara.
Tak hanya berkiprah di dalam negeri, MER-C juga muncul di wilayah-wilayah konflik internasional. Bahkan di Palestina, tepatnya di Gaza, MER-C mendirikan rumah sakit yang diberi nama Rumah Sakit Indonesia. Setelah sukses di Timur Tengah, MER-C kemudian mendirikan rumah sakit di Rohingnya, Myanmar. Selain itu juga terjun di Afghanistan, Irak, Iran, Palestina, Lebanon, Kashmir, Sudan, Filipina Selatan, Thailand Selatan, dan lain-lain. Dokter Jose orang yang sangat paham persoalan. Karena itu ia kerap berbicara keras atas situasi konflik tersebut. Suaranya cukup lantang dan menarik dikutip pers. Hingga kini, MER-C telah turun di lebih dari 300 misi kemanusiaan.
Di awal kemunculannya, saya membayangkan Dokter Jose itu berperawakan ramping dan rahang yang keras. Hal itu sesuai dengan bayangan saya tentang Dokter Jose yang pemberani dan lantang. Namun persepsi itu keliru. Setelah mengenal lebih dekat, Dokter Jose adalah orang yang ramah, lembut, berbadan sedikit gempal, dan agak tinggi. Hanya sorot mata yang tajam dan alis yang tebal yang menjadi ‘pembenar’ tentang kesan cerdas dan berkarakter. Itulah yang membuat Dokter Jose bisa membesarkan organisasi seperti Mer-C relatif tanpa hiruk pikuk.
Dalam laman resminya, MER-C mentasbihkan dirinya sebagai organisasi kemanusiaan di bidang kegawatdaruratan medis dan salah satu prinsipnya adalah netral. Organisasi ini disebutkan didirikian oleh sekumpulan mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia pada Agustus 1999. Ya, saat rusuh Ambon, pada April 1999, mahasiswa UI membentu Tim Medis Mahasiswa UI. Dalam websitenya, di situ ditulis dengan jelas awalnya MER-C dibentuk untuk “membantu korban konflik di Maluku”. Dokter Jose menjadi pembina di lembaga ini.
Saat terjun di konflik Ambon, para mahasiswa UI itu menyaksikan ketidaknetralan petugas medis dalam membantu korban konflik Ambon. Hal itu tentu bertentangan dengan hakikat misi kemanusiaan maupun sumpah profesi kedokteran. Karena itu, sejak awal MER-C menekankan tentang netralitas tersebut dengan dibarengi tentang tumbuhnya kesadaran politik dalam setiap konflik. Kesadaran politik itu hanya untuk memberikan warning bahwa dalam setiap konflik akan selalu ada risiko bagi relawan kemanusiaan. Hal inilah yang membuat Dokter Jose sangat fasih berbicara konteks politik dalam setiap misi kemanusiaannya, saat umat Islam menjadi korban di mana-mana. Dunia Islam memang terpuruk di mana-mana, dampak dan trauma kolonialisme berabad-abad belum hilang. Tentu ini jalan terjal yang tak mudah dipahami. Bandingkan dengan lembaga yang tampil seolah-olah netral tapi dalam praktiknya justru berkebalikannya.
Dalam konteks tersebut, MER-C dan Dokter Jose sering terkena fitnah. Salah satu yang sering muncul adalah tuduhan Syiah. Tapi Dokter Jose dan MER-C tak pernah menanggapinya. Dokter Jose yang murah senyum ini adalah kelahiran Padang, Sumatera Barat, pada 11 Mei 1963. Ia lahir dari keluarga akademisi. Ayahnya Jurnalis Kamil, seorang profesor doktor dan mantan rektor Universitas Andalas. Ibunya juga seorang profesor, Zahara Idris. Dokter Jose lulusan (1988) dari Fakultas Kedokteran UI, gelar spesialisnya (1999) juga diraih dari kampus yang sama. Sehari-hari ia praktik di RSCM dan RS Siaga, Pasar Mingggu. Yang terakhir ini adalah rumah sakit swasta khusus tulang.
Ayah tiga anak ini sudah beberapa waktu terkena sakit jantung. Lumayan parah. Ada kelainan di jantungnya. Namun ia tetap beraktivitas dalam misi kemanusiaan. Badannya menjadi ramping. Hingga kemudian dirawat relatif lama di RS Jantung Harapan Kita. Senin (20/1) dini hari, Allah SWT lebih menyayanginya. Selamat jalan pejuang kemanusiaan di jalan terjal. Kami kehilangan...