REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Indira Rezkisari*
Perayaan 17 Agustus memang sudah berakhir. Hari jadi Republik Indonesia yang ke-74 tahun jatuh di akhir pekan. Kesempatan bagi warga untuk berkumpul dan merayakan hari jadi Indonesia dengan beragam cara.
Mulai dari lomba makan kerupuk, tarik tambang, sepeda hias, lomba pakaian adat, sampai lomba menghias tumpeng menjadi ajang warga keluar rumah. Bertemu tetangga dan melepas tawa.
Tradisi 17-an memang sudah lama menjadi momen perayaan akbar. Termasuk di Istana. Tahun ini beberapa pekan sebelum 17 Agustus, Presiden Joko Widodo mengundang para menteri kabinetnya beserta keluarga ke Istana Bogor. Di sana mereka ikut lomba 17-an kecil-kecilan.
Ketika itu tampak Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, dan Kepala Staf Presiden Moledoko bertarung di lomba makan kerupuk.
Para menteri mungkin sudah puluhan tahun tidak pernah ikut lomba makan kerupuk. Sempat terlihat para menteri mencoba mengakali lomba dengan menggunakan tangan memegang kerupuk. Pembawa acara sampai mengingatkan agar para menteri tidak menggunakan tangannya.
Pemandangan yang sama mungkin Anda temukan di lomba makan kerupuk di kompleks atau di kantor atau di sekolah anak saat perayaan 17-an. Namanya juga lomba 17-an, yang penting senang dan ikut meramaikan perayaan.
Republika.co.id pernah bertanya ke psikolog anak cara termudah menanamkan cinta Tanah Air. Dan perayaan 17 Agustus bisa menjadi ajang mengenalkan anak tentang negaranya sendiri sedari dini.
Mengajarkan anak kecil tentu cara terbaiknya adalah lewat metode yang menyenangkan. Psikolog Anak, Ine Indriani Psi, mengatakan di rumah orang tua mendogengkan cerita rakyat yang sesuai usia. Atau mengenalkan lagu daerah dan lagu perjuangan.
“Semakin kecil usia anak untuk menumbuhkan cinta Indonesia, bukan dengan penjelasan teori tapi dengan aplikasi langsung dari pakaian, permainan, jalan-jalan ke museum, pakai batik jalan-jalan ke tempat wisata dan lainnya,” kata dia.
Anak bisa dikenalkan pula dengan mainan tradisional, diajak ke museum, ke tempat wisata dalam negeri, dikenalkan dengan aneka tarian tradisional, alat musik, dan pakaian tradisional. Tak ketinggalan pula mengenalkan tokoh pahlawan Indonesia dan menyantap kuliner Nusantara.
Orang tua bisa mengajarkan banyak ke anak dari perayaan 17 Agustus. “Misalnya dengan mengajak anak ikut lomba 17 agustusan. Selain itu bisa juga dorong anak agar mau isi acara 17-an atau pasang bendera merah putih di rumah. Tak hanya perayaan hari nasional lainnya juga bisa menjadi momen untuk menanamkan rasa cinta Tanah Air,” saran Ine.
Semangat kerukunan warga juga disebut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, bisa dilakukan dengan menjaga tradisi merayakan kemerdekaan di kampung-kampung di Jakarta. Katanya, kegiatan seperti ini dapat menjaga kerukunan, serta menjadi ajang interaksi dan memperkuat ikatan silaturahmi antar warga di Jakarta. Bahkan Anies mengaku tiap tahun ia rutin ikut lomba 17-an di tempatnya tinggal di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Menurut Anies, kegiatan 17-an juga membawa dampak ekonomi yang baik bagi pelaku usaha. Terutama bagi usaha kecil menengah. Acara rakyat seperti 17-an memberi kesempatan bagi pengusaha kecil menengah menemukan pasarnya.
Seperti tukang bakso yang mangkal di pinggir lapangan saat lomba-lomba 17-an digelar. Atau kalau di kompleks saya tukang es dawet yang diborong RW sebagai penyedia minuman pelepas dahaga bagi warga usai kumpul 17-an.
"Kalau ada kegiatan kumpul seperti ini hampir pasti usaha mikro, makanan dan minuman menemukan pasar barunya. Jadi ini sebuah kegiatan 17-an, (membawa) manfaat ekonomi,” kata Anies.
Perayaan 17 Agustus yang meriah lalu jadi penting. Jangan anggap sepele jika ketua RT Anda sibuk meminta warga memasang bendera merah putih, atau meminta tiap rumah menyumbang uang demi hiasan 17-an yang semarak. Atau Anda direpotkan dengan tetangga yang meminta menjadi panitia acara 17-an di kompleks. Atau bos yang menyuruh Anda menjadi panitia acara 17-an di kantor.
Peringatan kemerdekaan memang tidak selalu harus dilakukan dengan cara yang meriah. Tapi setidaknya dengan menggelar acara Anda jadi seperti diingatkan kalau Anda harus bersyukur sudah hidup di era kemerdekaan. Anda sudah bisa membuat pilihan dalam hidup, merdeka dalam menentukan banyak hal.
Meskipun lomba makan kerupuk itu sepele, tapi percayalah maknanya besar. Dari sepotong kerupuk kita diingatkan akan perjuangan para pahlawan bangsa, para patriot, pendulu kita yang hidup susah demi membangun negeri ini. Memupuk semangat cinta negeri atau nasionalisme memang bisa dilakukan dengan banyak cara.
Kalau kemarin di lomba 17-an Anda melakukannya lewat lomba kerupuk, yakinlah bangsa ini bisa semakin besar kalau bisa selalu memaknai hari kemerdekannya.
*Penulis adalah Redaktur Republika.co.id