Selasa 26 Feb 2019 11:11 WIB

Menyelamatkan Sungai Citarum dengan Mengadopsi Pohon

Menyelamatkan Citarum berarti menyelamatkan sumber kehidupan.

Suasana Situ Cisanti yang merupakan hulu Sungai Citarum atau Kilometer 0 Citarum, di Kabupaten Bandung.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Suasana Situ Cisanti yang merupakan hulu Sungai Citarum atau Kilometer 0 Citarum, di Kabupaten Bandung.

Oleh: Sekar Hapsari, SH., M.Si (Han)*

Bank Dunia (World Bank) menyebutkan Sungai Citarum yang memiliki panjang sekitar 267 km sebagai sungai terkotor di dunia. Lembaga Internasional ini menemukan sepanjang Daerah Aliran Sungai itu terdapat pabrik-pabrik yang membuang limbah ke sungai. Konsekuensinya adalah air sungai Citarum mengandung limbah kimia beracun yang menyebabkan warga yang menggunakan aliran sungai itu menderita berbagai penyakit kulit dan sebagainya.

Mengutip National Geographic, tingkat limbah dan polusi di Citarum sangat membahayakan. Penelitian menunjukkan bahan kimia beracun di dalam air sungai Citarum mengandung seribu kali lipat lebih tinggi dari batas air minum aman berdasarkan standarisasi yang ditetapkan Amerika Serikat. Untuk itu pemerintah bersama warga masyarakat dan swasta perlu membersihkan sungai tersebut dari limbah. Misalnya, menggelar Program Citarum Harum.

Dari berbagai perusahaan swasta yang terlibat, salah satunya yakni Artha Graha Peduli (AGP) yang menyatakan program ini masih dalam proses perbaikan penanganan. Sesuai pencanangan program oleh Presiden Joko Widodo, diharapkan dalam tujuh tahun rehabilitasi Sungai Citarum dapat diselesaikan.

Sekadar membuka jejak proses memperbaiki problematika sungai ini, program peduli lingkungan telah diinisiasi pada akhir 2017 oleh Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo. Dampak positifnya yaitu, adanya perbaikan yang signifikan. Kegiatan ini melibatkan banyak unsur masyarakat atau dikenal dengan senergitas pentahelix yang berarti senergitas unsur pemerintah, akedemisi, media, pelaku usaha, dan komunitas masyarakat. Sejak awal AGP telah terlibat aktif khususnya di hulu Sungai untuk melaksanakan rehabilitasi kawasan hutan lindung Gunung Wayang.

AGP menyediakan pembibitan dan penyediaan bibit pohon serta sosialisasi dan  pendampingan warga penggarap lahan untuk mengubah pola bertani masyarakat dari menanam sayur ke tanaman mono-komoditi keras ke tanaman multi komoditi dengan  melakukan penanaman bibit pohon tanaman keras sebagai sisipan di lahan sayuran. Menyediakan bibit menanam dengan pola Adopsi Pohon dan sebagainya.

Nah pola Adopsi Pohon dengan cara mencari masyarakat yang komit pada lingkungan untuk mengadopsi pohon. Mereka membeli bibit pohon yang kemudian ditanam sepanjang DAS Sungai Citarum. Pola ini mengajak semua warga, perusahaan dan sebagainya untuk berpartisipasi menyelamatkan Citarum walaupun hanya sebatang pohon yang dibeli dari lembaga penyelamatan Citarum. Semua penduduk harus ada rasa memiliki pada lingkungan yang lestari.

AGP sendiri memiliki prinsip bahwa sebagai bagian edukasi kepada masyarakat dalam hal cinta lingkungan dan partisipasi di dalam Program Rehabilitasi Sungai Citarum, AGP melaksanakan Program Adopsi Pohon yang mendapat respons positif dari masyarakat. Adopsi Pohon di Sungai Citarum menghasilkan 6370 pohon yang kemudian diadopsi oleh 765 warga –“1 pohon seharga Rp 100.000”. Penerima adopsi memiliki kewajiban memelihara dan merawat pohon tersebut hingga besar.

Jenis pohon yang diadopsi untuk ditanam sepanjang Citarum antara lain nangka, trembesi, jengkol, mahoni, jambu biji, rumput akar wangi, petai, sirsak, dan lain-lain. Gerakan Adopsi Pohon bisa diadaptasi ke wilayah-wilayah lain yang membutuhkan penghijaun atau reboisasi. Pelaku Adopsi Pohon diberikan sertifkat sebagai tanda sudah terlibat aktif dalam program ini.

Menyelamatkan Citarum sebagai salah satu sungai terpanjang di Jawa Barat, berarti menyelamatkan sumber kehidupan masyarakat Jawa Barat dan Jakarta. Sungai Citarum memiliki nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang sangat penting. Julukan sungai ini sebagai salah satu sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia sejak  2007 bakal berangsung-ansur membaik.

Bagaimanapun, Citarum perlu diselamatkan karena jutaan warga tergantung langsung hidupnya dari sungai ini dengan sekitar 500 pabrik di sekitar aliran sungai, tiga waduk PLTA di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung pesat di hulu Sungai  Citarum. Hulu Citarum di Gunung Wayang selatan Kota Bandung mengalir ke utara dan bermuara di laut Jawa. Citarum mengaliri tujuh wilayah administrasi kabupaten/kota serta menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28 juta masyarakat

Pemerintah pusat sudah komit membersihkan sungai ini. Penegakkan hukum kepada perusahaan yang membuang limbah ke sungai sudah dilaksanakan. Langkah berstruktur dan terukur ini berupaya menjadikan air Sungai Citarum layak diminum tahun 2025.

*)Direktur Utama Palapa Stratejik

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement