Sabtu 17 Sep 2016 19:39 WIB

KOHATI, Benteng Penopang generasi berkualitas

Wakil Ketua MPR Mahyudin memberikan sosialisasi empat pilar Korps HMI Wati (Kohati) PB HMI
Foto: MPR
Wakil Ketua MPR Mahyudin memberikan sosialisasi empat pilar Korps HMI Wati (Kohati) PB HMI

REPUBLIKA.CO.ID, Endah Cahya Immawati *)

Menjelang kelahiran KOHATI pada tanggal 17 September ini, patutlah kita berefleksi atas kelembagaan KOHATI yang telah meretas diri sampai dengan umur 50 tahun. Ditengah ulang tahun 'Emas', KOHATI memiliki tujuan mulia yaitu 'Terbinanya Muslimah yang berkualitas Insan Cita'. Makna 'terbinanya' memiliki arti sifat membina yang dilakukan secara terus menerus, berulang dan terkontrol.

'Muslimah yang berkualitas Insan Cita' adalah upaya membina Kader HMI-wati yang memiliki ciri dan pribadi yang akademis, insan Pencipta, insan pengabdi dan insan yang bernapaskan Islam serta bertanggung jawab terhadap terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.  Sebuah cita-cita yang mulia menuju kehidupan akhirat nantinya.

Adapun beberapa hal yang mendasari dibentuknya KOHATI adalah tidak terlepas dari situasi internal dan situasi eksternal. Situasi eksternal organisasi memerlukan dibuatnya organisasi perempuan di tubuh HMI dalam rangka memperluas misi HMI dalam bidang pemberdayaan perempuan. Secara internal organisasi, bahwa saat itu divisi di HMI yang mewadahi keperempuanan yaitu 'Depertemen Keputrian' yang ada, tidak mampu lagi menampung kuantitas para kader HMI-Wati yang semakin banyak.

Departemen Keputrian yang hanya berjumlah dua sampai lima orang tidak akan mampu menformulasikan dan mengimplementasikan suatu aktivitas yang berlanjut dan sistematis. Maka, dengan hadirnya KOHATI yang merupakan sebuah institusi yang lengkap secara spesifik menampung kepentingan kader HMI Wati, diharapkan akan mampu mewadahi.  

Konsolidasi organisasi sebelum dilakukan Musyawarah Nasional I pun telah dilakukan. Dari mulai spirit personal kader HMI-Wati, dukungan anggota HMI, konsolidasi di tingkat HMI cabang, badan koordinasi, dan pengurus besar adalah menjadi proses yang secara sadar bahwa secara HMI memerlukan dan memutuskan adanya perhatian khusus terhadap persoalan perempuan. Dengan niat baik yang ada, semangat dan sumber daya yang di miliki maka dilakukanlah Musyawarah Nasional I KOHATI yang dilaksanakan bersamaan dengan Kongres HMI ke VIII di Solo.

Orientasi perkaderan KOHATI

Banyak hal yang perlu dilakukan oleh KOHATI. Di antaranya, hal yang paling utama adalah menyiapkan kualitas kader HMI Wati untuk menjadi pribadi yang cerdas, dan siap menghadapi kehidupan baik ranah domestik ataupun publik. Kecerdasan untuk mengelola segala hal yang berhubungan dengan keluarga sangat diperlukan sebagai lembaga terkecil dalam sebuah kehidupan, yang bertujuan untuk mencetak generasi dalam menghadapi era modern saat ini. Sebuah zaman yang rawan terhadap teguhnya generasi muda dalam memegang prinsip-prinsip keislaman dan kebangsaan.

Juga, tidak terlepas dari kesiapan kader HMI Wati dalam menyiapkan diri untuk berkiprah di ranah publik. Kiprah di ranah publik ini, juga merupakan ruang dakwah untuk mengimplementasi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan yang telah mengalir dalam darahnya. Mengisi kemerdekaan dengan menjadi pribadi/kader yang expert/professional dalam bidang yang menjadi pilihan kader, melakukan inovasi-inovasi dan menunjukan integritas diri dalam berkarya dan berjuang merupakan visi dari tujuan KOHATI tersebut.

Perkaderan KOHATI tidak hanya ditujukan dalam satu bentuk profesi publik. Akan tetapi, berbagai macam bentuk seperti wirausaha, birokrat, politisi, kepala daerah, pengamat, akademisi, petani, guru, jabatan publik dan lain-lain. Maka, tidak heran jika di tempat-tempat tersebut banyak dijumpai kader HMI-wati.  

 

Selain kedua hal di atas, sebagai sebuah organisasi mahasiswa Islam, sebagaimana dalam peran dan fungsi HMI sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan, maka demikian juga KOHATI. KOHATI tidak melepas dari peran kontribusi terhadap pembangunan umat dan bangsa, yaitu di antara persoalan perempuan dan anak yang masih menjadi rentetan persoalan. Seperti masalah kemiskinan, narkoba, pergaulan bebas/kenakalan remaja, kekerasan terhadap perempuan dan anak/trafficking, gizi buruk, hak dalam pekerjaan/ketenagakerjaan, perlindungan buruh migran perempuan, pendidikan dan lain-lain.  

 

'Struktur' benteng penopang generasi berkualitas

KOHATI sebagai sebuah 'struktur' yang berorientasi mewujudkan kader berkualitas dan peradaban manusia yang beradab, tentu akan terus bergulir disetiap tahap/periodisasinya. Di antara struktur yang ada, kemudian bergulir menjadi struktur yang baru dan akan terus berulang. Apakah perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang ada, maka KOHATI harus konsisten, komitmen, dan sensitif terhadap kebutuhan dan tantangan tersebut. Ini supaya struktur yang ada tersebut merupakan pengejawantahan dari tujuan organisasi dan idealisme kader sebagai aktor.  

Giddens dalam teorinya tentang strukturasi mengatakan, bahwa perubahan sosial itu tidak dualisme antara struktur dan agen, dimana masing-masing nya bergerak dengan sendiri dan saling mendominasi atau terdominasi. Strukturasi adalah sebuah proses perubahan sosial yang mengandaikan adanya pertautan antara 'struktur' dan juga 'aktor/agency' atau yang disebut dengan dualitas, yang berlangsung secara terus menerus dan berulang. Struktur di sini bermakna 'Peraturan-Peraturan dan Sumber Daya Organisasi'. Sedangkan aktor/agen bermakna pihak-pihak/person atau sekelompok yang berhubungan dengan struktur tersebut.

Ketika 'struktur' dan 'agen' menunjukan ciri-ciri yang kuat terhadap perwujudan tujuan dari kesadaran kritis, maka bisa dimaknai bahwa struktur tersebut kuat terhadap misi keummatan dan kebangsaan. Dan begitu juga sebaliknya jika dalam menjalankan aktivitas organisasi justeru tidak sinergis antara 'struktur yang ada' dengan 'agen-agen/aktor  yang ada', maka bisa dikatakana struktur tersebut lemah.

Apa yang penting untuk dilakukan saat ini?

Bagaimana menciptakan dan memfungsikan struktur yang sesuai? Dalam hal ini, tentu diperlukan kesadaran yang teraktualisasi bersama antar aktor, dalam hal ini adalah kepengurusan KOHATI di setiap level dan setiap kader untuk mewujudkan tujuan organisasi yang mulia demikianlah yang dinamakan signifikansi. Kedua, aspek dominasi, tentu dalam menjalankan tujuan dijalankan dengan ketentuan-ketentuan dan program kerja yang ada. Untuk mewujudkan tujuan dan aktivitas itulah diperlukan dominasi pihak yang bisa disebut 'pengurus', tanpa adanya dominasi maka akan menjadi mandul. Perlu keterbukaan di antara elemen yang ada, saling menopang satu diantara yang lain, saling mendukung dan membesarkan.

Ketiga adalah aspek legitimasi, adanya ketentuan-ketentuan kelembagaan yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan, pengakuan kiprah KOHATI dari segenap beneficiary/anggota dan pihak eksternal merupakan legitimasi adanya struktur tersebut. Demikianlah makna strukturasi, dan KOHATI sebagai sebuah struktur benteng penopang generasi berkualitas

*) Ketua Umum KOHATI PB Periode 2013-2015

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement